Berhubung banyak yang bertanya
kenapa saya berani traveling ke China / Tiongkok tanpa ikut tour (paket tour), jadi saya kepikiran
untuk menulis post ini.. Tapi beneran lho, setiap kali cerita ke saudara atau
teman, comment atau pertanyaan yang sering saya dapatkan adalah “beneran ga
pakai tour?”, “kok berani sih??”, “ga takut nyasar??”, “memang bisa Bahasa
Mandarin?”, dan seterusnya.. Saya bingung juga harus menjawab apa.. hahaha.. Lha wong
memang dari pertama kali traveling, saya tidak pernah ikut tour.. Traveling
bareng rombongan saja baru sekali sewaktu ikut acara kampus.. Sisanya ya
traveling mandiri alias semua diurus sendiri.. hahaha..
Buat saya, traveling ke China
sama saja dengan traveling ke negara lain yang non-English-speaking countries,
seperti Thailand, Vietnam, dan Cambodia.. Destinasi-destinasi ini terlihat
lebih “menantang” karena permasalahan bahasa saja.. Apalagi orang China memang
terkenal tidak bisa ber-bahasa Inggris.. Makanya banyak orang memutuskan untuk ikut
paket tour.. Semua sudah diatur dan disiapkan, jadi hanya perlu duduk manis
saja.. Tapi buat saya, keseruan traveling itu justru dimulai saat menyusun
itinerary.. Browsing-browsing mengenai tempat wisata yang mau dikunjungi,
kuliner lokal apa saja yang ingin dicicipi, sampai mempelajari peta dan rute
MRT, semuanya buat saya adalah hal yang seru dan menantang banget.. Lagian saya
juga merasa wasting time banget kalau harus ikut agenda wajib ke toko-toko yang selalu
disisipkan di sela-sela jadwal tour.. Belum lagi harus “terpaksa” mengikuti
schedule yang terkedang melelahkan itu.. Enakan jalan sendiri, bisa mengatur sendiri mau bangun jam berapa dan mau kemana saja.. hehehe..
Selain persoalan bahasa, hal lain
yang menyebabkan orang lebih banyak memilih ikut tour adalah wilayah negara China yang
luas banget itu.. Selain wilayahnya yang luas, tempat wisatanya juga banyak..
Kalau mau dikunjungi semua, tentu memerlukan transportasi yang memadai.. Sedangkan kalau
ikut tour kan semua sudah disiapkan, mulai dari bus, kereta, dan
penerbangan domestic antar kota di China.. Seperti teman kantor saya yang baru
pulang berlibur ke China.. Dia ikut paket tour dan diajak berkeliling 4 kota di
China, yaitu Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan Suzhou..
Tapi di balik semua alasan yang saya sebutkan di atas, tetap memungkinkan kok traveling ke China tanpa ikut tour.. Malahan justru
lebih seru dan menantang kalau menurut saya.. Memang sih bakalan lebih
“repot” dibandingkan dengan ikut tour.. Tapi menurut saya
masih sebanding kok, apalagi sisa budget-nya kan bisa kita gunakan untuk
shopping-shopping.. hahaha..
Beberapa tips yang bisa saya bagikan buat teman-teman
yang mau traveling ke China tanpa ikut tour :
1. Apply
Visa China
Berhubung
traveling-nya tanpa ikut tour, jadi kita punya 2 opsi untuk pengurusan Visa
China.. Kita bisa apply sendiri ke CVASC (Chinese Visa Application Service
Centre) atau menggunakan jasa travel agent.. Buat teman-teman yang berdomisili
di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bali, saya sarankan langsung apply ke CVASC saja..
Dikarenakan di empat kota tersebut sudah dibuka CVASC.. Pengalaman saya apply
Visa China di CVASC Bali sudah pernah saya post di sini ya.. Yang jelas tidak pakai ribet dan ngantri sama sekali.. Untuk teman-teman yang berdomisili
di luar empat kota yang saya sebutkan tadi, terpaksa harus menggunakan jasa
travel agent.. Sebagai perbandingan, selisih biaya pengurusan Visa China antara
apply sendiri dan menggunakan jasa travel agent berkisar antara 100k – 450k..
CVASC Bali (Jl. Bypass Ngurah Rai Sanur)
2. Internet
Connection is a Must
Kalau traveling
ke China tanpa ikut tour, koneksi internet adalah hal yang wajib ya.. Mau beli
paket roaming boleh.. Bawa pocket WIFI juga boleh.. Kalau beli sim card local
sih tidak saya sarankan ya.. Karena selain harganya mahal, prosesnya juga
ribet.. Saya pribadi lebih suka beli paket roaming.. Memang lebih mahal, tapi
jauh lebih simple karena tidak perlu pakai VPN segala.. As we all know, beberapa
aplikasi dan situs tertentu itu diblokir di China.. Celakanya yang diblokir itu
kebanyakan yang bakalan kita pakai selama traveling, seperti Google Translate,
Google Maps, Gmail, Instagram, Whatsapp, dll.. Untuk pengguna Telkomsel seperti saya, tersedia paket
roaming mulai dari 120k (3 hari – 1GB)..
Paket Roaming Tekomsel 7 Hari
3. Plan
Your Trip and Make Itinerary
Merencanakan perjalanan dan membuat itinerary itu sangatlah penting ketika kita traveling mandiri alias
tanpa ikut tour.. Apalagi kalau liburannya ke China yang kota-kotanya itu besar
dan luas banget.. Kalau tidak direncanakan dengan baik, bisa-bisa wasting time
dan ujung-ujungnya tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi atau malah melewatkan tempat keren yang seharusnya dikunjungi.. Berbekal
itinerary yang di-planning dengan baik, kita bisa memanfaatkan waktu dengan baik.. Beberapa tempat wisata yang letaknya berdekatan, bisa sekalian dikunjungi dan
kalau punya waktu lebih bisa juga mampir ke kota lain yang jaraknya berdekatan.. Pengalaman saya ketika
berkunjung ke Guangzhou awal tahun ini, waktu 3 hari itu sangat kurang..
Padahal saya selalu keluar hotel pagi hari dan baru kembali saat malam hari..
Tapi tetap saja selalu kejar-kejaran dengan waktu karena begitu banyak tempat
yang ingin dikunjungi.. Selain itu, lokasi tempat wisata yang berjauhan juga
harus diperhitungkan karena otomatis akan banyak menghabiskan waktu di jalan.. Kalau
berlibur ke China pun saya sarankan langsung dalam waktu yang cukup lama,
misalkan seminggu.. Karena kalau 3 hari, tidak bakalan cukup.. Seperti di
Guangzhou, kalau mau mengunjungi semua pusat perbelanjaan seperti Baima dan
kawan-kawannya itu, kayaknya perlu waktu berminggu-minggu.. hahaha..
4. Public
Transport in China
Untungnya public
transport di China itu sangat bisa diandalkan, termasuk untuk para
wisatawan.. Sebagian besar kota di China sudah di-support oleh Metro atau
Subway yang mirip dengan MRT kalau di Jakarta, Singapore, dan KL.. Semua
petunjuk, termasuk map, tersedia dalam versi Bahasa Inggris-nya juga.. Jadi no
worries at all.. Di website resmi Metro masing-masing kota juga sudah tersedia
menu “journey planner”.. Jadi kita bisa tahu kalau dari tempat A mau ke tempat
B harus naik Metro line apa dan turun di station mana, lengkap dengan exit yang
harus dipilih dan tarifnya.. Kalau bakalan sering naik Metro, saya sarankan membeli tiket jenis one-day-pass atau three-day-pass.. Berbekal tiket harian seperti ini, kita bisa sepuasnya naik Metro dan yang terpenting tidak perlu antri di machine ticket setiap kali ingin naik Metro..
Kondisi
Metro-nya juga bersih dan nyaman kok.. Walaupun peak hours, Metro-nya tidak
penuh-penuh banget seperti di Singapore dan Bangkok yang sampai berdesak-desakan itu.. Hanya saja, untuk yang
traveling dengan orang tua, harus dipertimbangkan kalau mau naik Metro.. Alasan
pertama, tidak di semua exit tersedia escalator atau lift.. Jadi harus naik
atau turun tangga manual.. Alasan kedua, untuk menuju Metro itu terkadang harus
jalan lumayan jauh karena melewati lorong-lorong yang panjang.. Saya yang muda begini saja kadang merasa
hopeless melihat lorong-lorong panjang itu, terutama ketika malam hari di saat
betis saya sudah menyerah dipakai jalan seharian.. hahaha..
Metro in Shenzhen
Ada yang
penasaran dengan Grab di China?? Di China ada yang namanya DiDi.. DiDi ini ya
bisa dibilang Grab versi China.. Sayangnya kita sebagai tourists belum bisa menggunakan DiDi karena DiDi hanya menerima pembayaran menggunakan
AliPay atau WeChatPay (atau platform digital payment lainnya).. Sedangkan salah
satu syarat untuk memiliki account di AliPay dan WeChatPay adalah memiliki
account bank China.. Jadi kesimpulannya ya kita tidak bisa menggunakan DiDi
ini.. Opsi lainnya adalah taxi.. Awalnya saya ragu untuk naik taxi karena
takut tarifnya mahal atau kena scam.. Ternyata setelah dicoba, tidak semahal yang saya bayangkan..
Sama saja dengan tarif taksi di Indonesia.. Driver-nya juga baik-baik kok, walaupun sempat ketemu satu driver yang tidak mau menggunakan argo.. Semenjak itu, saya jadi sering naik
taxi karena kalau keseringan naik Metro, kasihan papa-mama saya yang usianya
sudah tidak muda lagi.. hahaha..
Bus kota
sebenarnya juga bisa diandalkan.. Sayang buat yang tidak bisa berbahasa
Mandarin seperti saya ini, kesulitannya adalah membaca rute dan nomer bus yang
melayani rute yang ingin kita naiki.. Padahal tarif bus di China itu murah
meriah lho.. Di kota besar biasanya 2 RMB atau sekitar IDR 4k dan di kota kecil
biasanya 1 RMB atau sekitar IDR 2k saja..
Public Bus in Sanming
5. China's
High Speed Trains
Sudah sampai di
China, rugi banget kalau tidak mampir ke banyak kota.. Apalagi kini di China tersedia
high speed trains (bullet trains) yang melayani berbagai rute antar kota dan
daerah.. High speed trains kebanggaan China ini adalah salah satu yang tercepat
di dunia, dengan kecepatannya yang bisa mencapai 350 km/h.. Ada sekitar 2800 pairs trains
yang beroperasi setiap hari, menghubungkan 550 kota yang ada di China..
Naik high speed
trains menurut saya jauh lebih convenient dibandingkan pesawat, tentunya dengan
harga yang jauh lebih murah.. Misalkan untuk rute Xiamen – Guangzhou, harga
tiket kereta kelas First Class sekitar IDR 800k dengan waktu tempuh 4 jam..
Sedangkan harga tiket pesawat mulai dari IDR 1.5juta dengan waktu penerbangan 1
jam plus 2 jam waktu tunggu di airport..
Kereta-kereta
ini tersedia dalam 3 pilihan kelas, yaitu Second Class, First Class, dan
Business Class.. Kalau untuk durasi yang singkat sekitar 1-2 jam, Second Class
sudah cukup nyaman.. Untuk perjalanan dengan durasi di atas 2 jam, mungkin bisa
memilih First Class yang seat-nya lebih lebar sehingga lebih nyaman.. Kalau
kelas Business Class-nya, sudah mirip dengan Business Class di pesawat, dengan seats
yang bisa diubah menjadi 3 posisi, yaitu seated, reclining, dan lie-flat..
Train C7074 - Shenzhen to Guangzhou
Beberapa rute
favorit yang bisa ditempuh menggunakan high speed
trains, antara lain
Beijing–Shanghai–Hangzhou, Shenzhen-Guangzhou, Xiamen–Fuzhou, dan masih
banyak lagi.. Untuk booking tiket kereta, tidak saya sarankan beli
on-the-spot ya.. Apalagi untuk rute-rute sibuk dan favorit seperti Beijing –
Shanghai.. Penjualan tiket kereta akan dibuka 14 hari sebelum keberangkatan..
Untuk pembelian online sebenarnya bisa dilakukan di website resmi China Railway di 12306.cn.. Sayangnya untuk melakukan
pembelian di website ini, kita harus memiliki nomer telepon local, jadi sebagai tourists
otomatis kita tidak bisa melakukan pembelian di website ini.. Hal ini yang
kemudian menyebabkan banyak situs di internet yang menawarkan “jasa” untuk membelikan
tiket kereta, tentunya dengan sejumlah fee yang harus kita bayar.. Dari sekian banyak situs yang ada,
yang paling saya rekomendasikan adalah Trip.com.. Trip.com ini ibarat
Traveloka atau Tiket.com versi China.. Jadi ada aplikasi yang bisa di-install di smartphone
juga.. Untuk booking fee-nya, nominalnya bervariasi tergantung pada harga
tiketnya.. Biasanya berkisar antara 2 – 5 USD per tiketnya.. Jadi setelah booking,
kita hanya perlu membawa bukti & kode booking ke railway station atau
ticket office terdekat untuk ditukarkan dengan tiket kereta.. Pembayarannya pun bisa menggunakan credit card jadi tidak perlu repot-repot bawa
CNY dan beli langsung di railway station..
6. Learning Chinese Language
Walaupun mata
saya sipit, sayangnya saya tidak bisa berbahasa Mandarin.. hahaha.. Berhubung
orang China dikenal dengan kemampuan Bahasa Inggris-nya yang kurang, jadi
satu-satunya cara ya kita yang belajar Bahasa Mandarin.. hahaha.. Walaupun ada
Google Translate, sekedar belajar cara mengucapkan "terima kasih", "halo", "harganya berapa", kan tidak ada salahnya.. Berdasarkan pengalaman saya,
orang-orang lokal yang saya temui akan lebih respect dan ramah ketika kita
bertanya menggunakan Bahasa Mandarin dibandingkan Bahasa Inggris.. Jadi selama di China, saya belum pernah bertemu dengan orang local yang judes atau cuek ketika ditanyai sesuatu.. Padahal Bahasa Mandarin saya juga ala kadarnya kok.. Sebagai contoh kalau saya kebingungan
mencari suatu tempat, biasanya saya menunjukkan foto tempat tersebut, sambil
menambahkan kalimat “zài nǎlǐ?" yang artinya "dimana?".. Surprisingly it works all the time.. hahaha..
Beberapa kata
yang bisa dihafalkan sebelum traveling ke China antara lain :
·
Hello : Nǐ hǎo
·
Good Morning : Zǎoshang hǎo
·
Thank you : Xièxiè
·
How are you? : Nǐ hǎo ma?
·
How much is this? : Zhège duōshǎo qián?
·
What is this? : Zhè shì shénme?
·
I want to go to… : Wǒ yào qù...
·
Where is …? : ...zài nǎlǐ?
·
I’m sorry : Duìbùqǐ
·
Where is toilet? : Cèsuǒ zài nǎlǐ?
7. Bring Cash & ATM
Saat ini di
China, orang local kebanyakan menggunakan platform digital payment untuk transaksi jual-beli sehari-hari, entah itu
AliPay, WeChatPay, dll.. Sayangnya kita sebagai travelers, belum bisa
menikmati kemudahan ini.. Satu-satunya cara ya menggunakan uang cash.. Lucunya kadang saya menemukan penjual yang
kesulitan mencari uang kembalian saat saya membayar belanjaan saya dengan uang
cash.. Jadi sepertinya pembeli lain hampir semuanya membayar menggunakan AliPay atau WeChatPay.. Kalau uang cash saja sudah jarang digunakan, apa kabar kartu
kredit?? Saya hanya pernah menggunakan kartu kredit di hotel tempat saya menginap untuk membayar deposit.. Kalau saya lihat di toko-toko dan supermarket, sudah tidak
ada jejeran mesin kartu kredit seperti di Indonesia.. Dikarenakan uang cash sebagai satu-satunya
pilihan pembayaran yang bisa kita gunakan, jadi pastikan membawa uang dalam RMB atau
CNY dalam jumlah yang cukup ya.. Money changer sendiri tidak banyak saya
temukan di China, kecuali di airport.. Kalau kepepet, bisa mengambil uang tunai
di ATM.. Jadi pastikan membawa kartu ATM yang berlogo Visa, MasterCard,
UnionPay, dll..
RMB / CNY
8. Toilet in China (prepare yourself, lol)
Banyak orang Indonesia, at least yang saya temui,
berpikir 2 kali ketika mau traveling ke China.. Kebanyakan alasannya adalah karena cerita dan isu yang berkembang, terutama mengenai joroknya toilet di China..
hahaha.. Saya sendiri termasuk yang sudah parno duluan ketika mau pertama kali
berangkat ke China.. Duh pokoknya cerita-cerita yang saya dengar itu seram-seram
banget.. Apalagi saya orangnya memang agak rewel urusan per-toilet-an.. Turned
out, saya berhasil kok survived selama 3 hari di China walaupun setiap hari harus menemukan aneka kondisi toilet, mulai dari yang bersih banget sampai yang kotor banget.. hahaha..
Kalau
dipikir-pikir sih, tidak seseram yang dibayangkan kok.. Sama saja seperti di
Indonesia.. Ada yang kotor, ada juga yang bersih.. Berdasarkan pengalaman saya,
semakin modern kota yang dikunjungi, maka toiletnya akan semakin bersih..
Semakin ke pedesaan, maka toiletnya juga cenderung lebih kotor.. Saya pernah
kok masuk ke toilet di SPBU di China.. Kondisinya sama saja seperti toilet di
SPBU di Indonesia.. Kebanyakan toilet yang kotor itu, selain tidak disiram, baunya juga "semerbak" banget.. Saya sampai bercanda dengan adik saya, jangan-jangan Harpic dan Porstex itu tidak laku di China.. hahaha..
Beberapa tips dari
saya untuk masalah per-toilet-an di China.. Tips pertama, bring your own tissue..
Hampir semua toilet di China itu tidak menyediakan tissue (kecuali di hotel dan tempat eksklusif), jadi lebih baik bawa
sendiri.. Hampir semua toilet di China juga tidak ada bidet atau hand shower-nya,
jadi tissue basah juga wajib dibawa ya.. hahaha.. Tips lainnya adalah
menghindari toilet-toilet di tempat wisata yang biasanya lebih ramai dan
kotor.. Biasanya saya mencari toilet di mall-mall, yang tentu saja lebih modern
dan lebih bersih.. Untuk toilet terkotor yang pernah saya temukan di China,
rekornya masih dipegang oleh Ninghua di Sanming dan Tianzi Wharf di Guangzhou..
hahaha..
Semoga dari beberapa tips yang saya bagikan di atas, bisa berguna buat teman-teman yang mau traveling ke China ya.. Kalau beberapa orang yang saya kenal, mengaku kapok ke China dan tidak mau balik lagi, saya termasuk kelompok yang tidak kapok.. hahaha.. China has so much to offer.. Thanks to its size, China offers limitless places to explore, great variety food to taste, thousand years of culture, numerous places to shop (from shopping streets to large-scale modern shopping malls), and many more.. China is also a safe country to travel.. Destinasi-nya pun banyak banget.. Yang doyan belanja, bisa pergi ke Shenzhen dan Guangzhou.. Yang doyan alam, bisa pergi ke Guilin dan Zhangjiajie .. Yang doyan sejarah dan kepengen melihat Great Wall, bisa pergi ke Beijing.. Yang doyan ke Disneyland dan kota metropolitan, bisa pergi ke Shanghai.. hehehe..
I ended up falling in love and can't wait to go back to China.. So, let's visit China..
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
terima kasih infonya.. saya sudah membaca.. semoga suatu hari saya bs berkunjung ke Great Wall juga..
ReplyDeleteKak tanya, kalo pake roaming berarti otomatis gk perlu pake vpn dan langsung bisa pake google translate ya
ReplyDeletekalau pakai app Google Translate, ga perlu VPN.. tapi kalau buka google, harus pakai VPN.. selama di China, saya selalu aktifkkan VPN sih.. supaya ga ribet.. karena saya cukup sering buka Google dan aplikasi bawaannya seperti Google Translate, Google Maps, dll..
DeleteAda link utk itenery dan rincian biayanya?
ReplyDeleteSemakin semangat utk jalan ke china... Thank alot utk informasinya, tp klo google translate di blokir bagaimana kita komunikasi klo kepepet tanya sesuatu ... Krn bhs mandarin O bgt... Selama ini google translate menjadi andalan kita saya jalan ke negara non english... Mohoninfo ... Apakahada aplikasi lain yg bisa kita pergunakan?
ReplyDelete