Setelah menikmati breakfast di
rooftop restaurant-nya Lavanya Boutique Hotel (review read here), kami sudah
siap untuk memulai petualangan kami di Phnom Penh.. Destinasi pertama kami
adalah the famous Royal Palace.. Kunjungan ke Phnom Penh akan terasa kurang
lengkap kalau belum mengunjungi Royal Palace ini.. Awalnya kami mau jalan
kaki saja menuju Royal Palace, toh jaraknya hanya 1.4km dari hotel.. Tapi setelah keluar dari hotel dan merasakan
teriknya matahari Phnom Penh (padahal masih pagi), saya memutuskan untuk naik
tuk-tuk saja.. hahaha.. Saya minta tolong ke receptionist hotel untuk
dipanggilkan tuk-tuk.. Kebetulan di depan hotel memang ada tuk-tuk yang
mangkal.. Beberapa dari mereka malah sudah kerja sama dengan pihak hotel.. Jadi
mereka khusus stand-by untuk mengantar tamu-tamu hotel.. Untuk menuju Royal
Palace kami dikenakan tarif USD 4..
Selama perjalanan, bapak tuk-tuk-nya berulang kali menawarkan mengantar kami ke
berbagai tempat wisata di Phnom Penh.. Salah satunya ke Tuol Sleng Genocide Musuem.. Kalau nama tempat ini terdengar asing, monggo di-google saja ya.. hahaha.. Saya tentu langsung
menolak tawaran bapak tuk-tuk.. Amit-amit pergi ke tempat seperti itu.. Biar dibayarin, tetap saja
saya ogah.. hahaha.. Sesampainya di Royal Palace, bapak tuk-tuk kembali
“merayu” kami, bilang bakalan nungguin kami dan mengantarkan kembali ke hotel..
Karena bakalan lanjut ke berbagai tempat, kami menolak secara halus tawaran si
bapak..
view from the hotel's rooftop
Tuk-Tuk
Untuk masuk ke dalam kompleks Royal Palace, pengunjung harus membeli tiket seharga USD 10 atau sekitar IDR
145k per orangnya.. Harga yang tidak murah bagi saya, apalagi kalau dikali empat orang..
hehehe.. Tapi berhubung ini adalah kesempatan yang langka, jadi saya tetap
berniat untuk masuk ke dalam Royal Palace.. Sayangnya niat saya belum bisa
terealisasi.. Ketika kami sampai di sana, beberapa area dan bangunan di dalam
kawasan Royal Palace sedang direnovasi.. Akhirnya dengan pertimbangan tersebut,
kami batal membeli tiket.. Padahal kami sudah berpakaian sangat rapi karena untuk masuk ke dalam Royal Palace, ada ketentuan dress-code yang harus dipatuhi para pengunjung.. Tapi kami tidak terlalu kecewa juga, karena budget 40 USD-nya bisa kami gunakan
untuk shopping di Central Market.. wkwkwk.. Sekilas tentang Royal Palace.. Royal
Palace ini adalah kompleks bangunan istana yang digunakan sebagai kediaman
resmi King of Cambodia, Norodom Sihamoni, beserta keluarganya.. Pembangunan
kompleks istana ini dimulai pada tahun 1866 dan saat ini menjadi salah satu
landmark terkenal di kota Phnom Penh.. Tak heran, Royal Palace ini menjelma menjadi tempat
wajib bagi para travelers yang berkunjung ke Phnom Penh..
Royal Palace
spot foto favorit saya di Phnom Penh
Bagi yang tidak berniat masuk ke
dalam kompleks Royal Palace, jangan khawatir.. Kita masih bisa berfoto ria
dan menikmati keindahan arsitektur Royal Palace dari sebuah taman yang berada
persis di depan Royal Palace.. Dari taman ini kita juga bisa menuju Sisowath
Quay dan menikmati keindahan Sungai Mekong.. Royal Palace ini buka setiap hari, yaitu dari pukul 08.00 - 10.30 dan 14.00 - 17.00.. Jadi jangan sampai tertipu oleh tuk-tuk scam yang mengatakan Royal Palace tutup ya..
Berdasarkan itinerary yang saya
buat, next destination adalah Samdech Chuon Nath Statue, Independence Monument, dan Wat Langk.. Tapi karena jaraknya yang lumayan
jauh dan saya keukeuh tidak mau keluar ongkos tuk-tuk, plus matahari Phnom Penh
yang gila-gilaan panasnya, akhirnya rencana tersebut dibatalkan.. Kami langsung
memanggil salah satu tuk-tuk yang mangkal di sekitar Royal Palace dan minta
diantarkan ke Brown Coffee yang berada di Raintree di St 110..
Samdech Chuon Nath Statue & Independence Monument
(foto dari post card yang kami beli saat di Wat Phnom)
Brown Coffee ini merupakan the
first Cambodian-owned specialty coffee chain.. Jadi alih-alih mampir ke
Starbucks, saya justru lebih terarik mencicipi Brown Coffee ini.. Sampai saat
ini, Brown Coffee memiliki 17 outlet di kota Phnom Penh dan 2 outlets di Siem
Reap..
Brown Coffee @ Raintree @ St 110
Kami memesan Soya Vanilla Strawberry Frappe dan Caramel Macchiato Frappe.. Overall, Brown Coffee ini worth-to-try kok.. Saya
suka dengan Soya Vanilla Strawberry Frappe-nya.. Enak dan unik juga rasanya.. Tempatnya juga full-ac dan bersih, jadi cocok dipakai ngadem dari panasnya Phnom Penh yang terkadang tidak tertahankan.. hahaha..
R : Soya Vanilla Strawberry Frappe ( 4.25 USD)
Green Tea Red Bean Roll (2.85 USD)
Dari Brown Coffee, kami
melanjutkan perjalanan menuju Yi Yi Baykordot (read here) untuk makan siang dan
lanjut shopping ronde kedua di Central Market.. hehehe.. Sore harinya kami menuju AEON
Mall yang merupakan mall terbesar dan ter-modern di kota Phnom Penh.. Kami
memilih naik Grab dan membayar sekitar USD 5.. Di perjalanan kami juga cukup beruntung karena bisa melewati Samdech Chuon Nath Statue & Independence Monument setelah siang harinya membatalkan kunjungan ke dua landmark terkenal kota Phnom Penh ini.. Di AEON Mall kami hanya
window-shopping alias jalan-jalan saja.. Harga barang yang dalam USD membuat
kami harus menahan hasrat untuk shopping.. hehehe.. Sekilas isi mall-nya sama
saja dengan mall-mall di kota besar lainnya..
AEON
Mall
Kami kemudian mampir ke area food
court-nya.. Tapi setelah berkeliling, tidak ada makanan yang menarik untuk
dicoba.. Akhirnya kami pun melipir ke KFC.. Lumayan bisa menuntaskan salah satu
hobby saya untuk icip-icip resto fast food ketika traveling ke luar negeri..
hehehe.. Saya memesan 2 paket KFC untuk di-share.. Dari segi rasa, KFC di
Cambodia ternyata lebih tasteless bila dibandingkan dengan KFC di
Indonesia.. Sama seperti di Malaysia, Singapore, dan Thailand, rasa saus sambal
di KFC Cambodia juga kurang enak.. Saus sambal tapi malah terasa manis.. Untuk
urusan chili sauce, Indonesia memang juaranya.. hehehe..
food court @ AEON Mall
KFC @ AEON Mall
T : Paprika Rice Combo (3.60 USD)
B : Snack Platter (5.10 USD)
Sebelum pulang ke hotel, kami
mampir dulu ke supermarket-nya.. Belanja di supermarket itu merupakan agenda wajib buat
saya.. Yang dibeli kebanyakan makanan dan minuman yang tidak bisa ditemukan di
Indonesia.. Setelah berkeliling, ternyata tidak banyak yang bisa dibeli..
Kebanyakan produk-produknya malah hasil produksi negara tetangga seperti
Thailand, Malaysia, dll.. Bahkan produk-produk Indonesia seperti Indomie dan
Richeese Nabati malah banyak ditemukan di sini.. hehehe..
supermarket @ AEON Mall
Sesampainya di hotel, karena kami
belum makan malam (untuk yang kedua kalinya, lol) jadi kami melipir dulu ke samping hotel.. Di sekitar Lavanya
Boutique Hotel ini memang terdapat banyak tempat makan yang buka dari pagi
hingga malam hari.. Pertama-tama kami menuju ke salah satu tempat makan favorit
kami di Phnom Penh, Yee-Ay Sok Sor.. Bagaimana tidak favorit, selama 2 hari di
Phnom Penh, kami sudah mampir tiga kali ke Yee-Ay Sok Sor ini.. hahaha..
Yee-Ay Sok Sor ini berlokasi di St 51.. Di sepanjang jalan St 51 ini, banyak terdapat kedai yang menjual menu yang sama.. Tapi saya memilih kedai no 35 karena memang paling ramai dan berdasarkan rekomendasi dari Mark Wiens, vlogger favorit saya.. Menu andalan Yee-Ay Sok Sor ini adalah skewers
atau sate atau kebab.. Kalau dalam Bahasa Khmer, nama hidangan ini adalah Sach
Ko Ang Jakak atau Grilled Lemongrass Skewers.. Sate yang dijual adalah sate
daging sapi dan ada dua jenis sate yang ditawarkan.. Yang pertama adalah jenis
sate seperti di Indonesia, jadi dagingnya dipotong-potong dan ditusuk-tusuk..
Sedangkan jenis kedua adalah sate yang terbuat dari adonan daging cincang dan
bumbu-bumbu lainnya.. Mirip Sate Lilit kalau di Bali.. Yang membuat unik adalah
cara penyajiannya.. Alih-alih dengan lontong atau nasi seperti di Indonesia,
sate ini disajikan dengan papaya salad, baguette (roti), dan chili sauce.. Walaupun cara penyajiannya unik, surprisingly
rasanya enak dan kami doyan banget dengan hidangan yang satu ini.. Kalau kami, kami lebih suka dengan yang daging cincang karena herbs dan spices-nya lebih
berasa.. Papaya salad-nya juga enak, sekilas rasanya mirip seperti acar atau
asinan kalau di Indonesia.. Baguette-nya sendiri juga sudah di-grill terlebih dahulu
dan ditambahkan butter/mentega, jadi crusty dan gurih.. Dari segi harga,
hidangan yang satu ini masih sangat terjangkau.. Satu tusuk sate harganya sekitar
0.25 USD atau 3.500 rupiah.. Kami makan berempat dengan porsi berlebih, total bill hanya sekitar 8 USD..
Yee-Ay Sok Sor
Yee-Ay Sok Sor (no 35)
how to eat ~ Khmer's way
(pict taken from @migrationology)
Selagi menikmati sate di Yee-Ay
Sok Sor, papa saya juga memesan Banh Xeo dari stall sebelah.. Banh Xeo ini
sebenarnya adalah hidangan yang berasal dari Vietnam.. Mungkin karena kedua
negara ini tetangga-an jadi ada beberapa hidangan yang sama atau mirip.. Bahkan
banyak hidangan yang juga memiliki kemiripan dengan makanan Thailand.. Banh Xeo
ini pada dasarnya adalah crepes tipis yang di dalamnya diisi dengan berbagai ingredients, seperti daging, daun bawang, kecambah, dll..
Si Banh Xeo juga dihidangkan dengan saus yang mirip saus kacang dan seporsi besar
sayuran mentah.. hahaha..
Perut sudah kenyang, tapi
sepertinya tidak dengan mata kami.. hahaha.. Jadi sebelum balik ke hotel, kami
mampir lagi ke stall di depan Yee-Ay Sok Sor.. Karena melihat bapak-nya lagi
grill daging, saya kira bapak tersebut menjual Bai Sach Chrouk (pork & rice).. Ternyata yang dijual adalah semacam grilled beef.. Seporsi harganya 4 USD, tetapi trust me, itu dagingnya banyak
banget.. Dimakan berempat saja tidak habis.. wkwkwk.. Sama seperti Banh Xeo, si daging
juga hadir dengan satu plastik full sayur mayur.. Yang ini isinya lebih macam-macam.. Ada
selada, timun, kangkung, batang pisang, pisang mentah, wortel, kemangi, kenikir, dan sayuran
lain yang saya tidak tahu namanya.. Wah pantas saja orang Cambodia
langsing-langsing dan sehat-sehat ya.. hahaha.. Di dekat hotel, kami bertemu
dengan abang-abang yang lagi asyik memasak di gerobaknya.. Karena tergoda
dengan aromanya, saya pun menghampiri si abang.. Karena si abang tidak bisa
Bahasa Inggris dan saya tidak Bahasa Khmer, jadi saya hanya bisa menebak-nebak
menu yang dijualnya.. Saya tunjuk-tunjuk saja tumpukan mie di dalam
gerobaknya.. Ketika dibuka di kamar hotel, penampilannya mirip mie goreng tapi
ada saus yang rasanya asam manis.. Dari segi rasa sih enak, apalagi
harganya hanya 1 USD.. Murah meriah.. Mungkin ini mie tek-tek versi Cambodia
ya.. hahaha..
Grilled Beef (6 USD)
Noodles (1 USD)
To be continued..
Royal Palace
Samdach Sothearos Blvd (3)
Phnom Penh, Cambodia
Opening Hours : 08.00 - 10.30 & 14.00 - 17.00
Entrance Fee : 10 USD (May 2018)
Brown Coffee Raintree
St 110 near Canadia Tower
Phnom Penh, Cambodia
Phone : 098 999 318
Opening Hours : 06.30 - 21.00
https://www.browncoffee.com.kh/
AEON Mall
132, Street Samdach Sothearos Blvd (3)
Phnom Penh, Cambodia
Opening Hours : 09.00 - 22.00
http://aeonmallphnompenh.com/
Yee-Ay Sok Sor
35 Street 51
Phnom Penh, Cambodia
Opening Hours : 12.00 - 21.00