Sunday, June 10, 2018

2018 Trip ~ Cambodia : From Bali to Phnom Penh


26 Mei 2018 adalah hari yang sudah saya nantikan sejak lama.. Di hari Sabtu ini, saya dan keluarga akan memulai liburan atau perjalanan yang sudah kami rencanakan sejak tahun lalu.. Dari sekian banyak negara dan destinasi wisata yang ada, salah satu yang menjadi incaran dan target jangka pendek saya adalah Vietnam.. Setelah beberapa kali tertunda karena berbagai alasan, akhirnya impian itu menjadi kenyataan juga.. Vietnam, here we come.. hehehe..

Saya membeli tiket Bali - Kuala Lumpur (DPS-KUL) dari bulan Juni 2017 kemarin dengan harga sekitar 650k per orangnya (pp/return).. Harga yang sangat murah mengingat untuk rute dari/ke Bali cukup jarang Air Asia memberikan harga promo yang murah seperti ini, apalagi saya pergi di saat long weekend.. Tiket DPS-KUL sudah di tangan, saya tinggal menunggu promo selanjutnya dari Air Asia.. Akhirnya di bulan September, Air Asia mengadakan promo lagi.. Rute incaran saya saat itu adalah Kuala Lumpur - Bangkok (KUL-DMK), Bangkok - Ho Chi Minh (DMK-HCM), dan Ho Chi Minh - Kuala Lumpur (HCM-KUL).. Tapi apa daya, rute impian saya ini gagal total karena tiket KUL-DMK yang harganya kelewat mahal karena tidak promo.. Saya akhirnya mencari opsi lain.. Saya kemudian mencari informasi mengenai negara tetangga Vietnam yang bisa ditempuh via jalur darat dari HCM.. Ketemulah Cambodia atau dalam bahasa Indonesia, Kamboja.. Negara yang sama sekali tidak pernah saya bayangkan suatu hari akan saya kunjungi.. Teringatlah saya dengan Siem Reap, tempat dimana Angkor Wat yang terkenal itu berada.. Eh, tapi setelah lihat durasi perjalanan darat yang mencapai 14 jam, nyali saya langsung ciut.. hahaha.. Saya akhrinya beralih ke Phnom Penh, ibu kota Kamboja yang bisa ditempuh dengan 6,5 jam perjalanan darat dari Ho Chi Minh.. Kembali saya berburu tiket Air Asia dan akhirnya berhasil juga.. Empat tiket dengan rute KUL-PNH dan HCM-KUL berhasil saya dapatkan dengan harga sekitar 950k per orang.. 

Karena trip kali ini merupakan perjalanan yang sudah lama saya impikan, tentu saya dengan semangat ekstra mempersiapkan segala sesuatunya termasuk urusan itinerary.. Bahkan saya sampai giat belajar bahasa Vietnam gara-gara mendapat informasi bahwa orang Vietnam tidak bisa berbahasa Inggris.. Percayalah bahwa itu bohong pemirsa-pemirsa.. hahaha.. Ada sih satu-dua orang yang saya temui yang tidak bisa berbahasa Inggris.. Tapi yang lainnya, rata-rata bisa berbahasa Inggris dasar dan bahkan banyak yang bisa berbahasa Melayu.. Ada juga yang bilang bahwa Phnom Penh dan Ho Chi Minh itu kota-kota dengan tingkat kriminalitas yang tinggi.. Konon foto-foto di pinggir jalan sebaiknya tidak dilakukan karena handphone / camera kita bisa dijambret.. Alhasil saya jadi parno sendiri.. Saya sengaja beli casing handphone yang ada tali panjangnya.. Jadi talinya bisa dililit di tangan.. Kalau tas, memang kami selalu bawa tas model sling bag, jadi tidak ada masalah.. Kenyataannya, kedua kota ini aman-aman saja kok.. Kami memang tidak pernah keluar hotel saat larut malam dan menghindari daerah-daerah yang sepi.. Kami malah lebih sering ketemu orang-orang baik yang membuat perjalanan ini penuh warna dan sama sekali terhindar dari yang namanya scam, penipuan, dan kriminalitas.. hehehe..

Seperti biasa karena harus transit di KLIA2, kami memilih untuk mengambil last flight dari Bali dan disambung dengan first flight ke Phnom Penh.. Kami sudah tiba di Ngurah Rai International Airport sekitar pukul 18.30 dan flight kami dijadwalkan akan berangkat pada pukul 21.20.. Setibanya di gate saya langsung check aplikasi Fligth Radar di handphone saya dan ternyata flight AK370 (KUL-DPS) belum juga berangkat.. Padahal itu adalah pesawat yang sama yang akan membawa kami ke Kuala Lumpur.. Statusnya tetap "unknown", padahal waktu sudah mendekati jam keberangkatan kami.. Saya check di website resmi KLIA2, ternyata bukan flight AK370 saja yang delayed dan belakangan kami ketahui alasannya adalah karena bad weather.. Rencana saya untuk dinner di pesawat pun gagal total, akhirnya perut saya harus puas hanya diisi Caesar Salad dan sebiji sosis dari GoGo Franks.. hahaha..


Ngurah Rai International Airport








GoGo Franks @ International Departure Terminal


 Gogo Frank : Sausage Prata (75k), Sausage (@ 25k)
Made's Warung : Caesar Salad (50k)


Beberapa menit sebelum pesawat AK370 landing, petugas Air Asia membagikan refreshments berupa nasi kotak dari Aerofood, yang isinya hanya berupa nasi putih dan 2 potong ayam kecap, plus 1 gelas air mineral.. Rasanya jangan ditanya, kalau orang Jawa bilang, anyeppp.. hahaha.. Andai refreshment yang dibagikan makanan Air Asia ya, pasti akan lebih enak.. hehehe.. Sekitar pukul 11.30, para penumpang AK371 dipersilahkan untuk boarding dan akhrinya pesawat take-off juga sekitar pukul 12.00.. Seharusnya pukul 12.00 kami sudah tiba di Kuala Lumpur, tapi mau bagaimana lagi.. Lagian dari puluhan kali naik Air Asia, baru kali ini delayed sampai 3 jam.. Karena sudah terlanjur memesan pre-booked meals, kami terpaksa makan di pesawat.. Makanan yang kami pesan antara lain Pak Nasser's Nasi Lemak, Uncle Chin's Chicken Rice, Emperor Fried Rice, dan Bukhara Briyani.. Makanan yang biasanya terasa enak, jadi terasa kurang enak karena dimakan pukul 00.30.. hehehe..


 Refreshment from Air Asia


 Air Asia's Pre-Booked Meals


Setelah mengudara kurang lebih selama 2,5 jam, pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan selamat di KLIA2.. Hello Kuala Lumpur, it's been a year.. Secara kami terakhir ke Kuala Lumpur sekitar bulan April 2017.. Seperti sebelum-sebelumnya, kami memilih untuk tidak keluar imigrasi, melainkan langsung masuk ke area Transfer Hall.. Menurut saya, jauh lebih nyaman menghabiskan waktu di area Transfer Hall ini dibandingkan dengan keluar ke area Departure Hall atau ke Gateway@KLIA2.. Di sini lantainya berkarpet, banyak tersedia kursi-kursi, toiletnya pun relatif lebih bersih dan banyak..Tempat makan juga banyak dan beberapa buka 24 jam.. Ya kecuali mau melanjutkan ke penerbangan domestik, seperti saya di tahun 2015 kemarin.. Karena penerbangan selanjutnya adalah ke Penang, terpaksa kami keluar dan tidur di area Departure Hall.. 


 KLIA2 @ dawn


 Transfer Hall






Berhubung flight KUL-PNH kami selanjutnya akan boarding di pukul 06.00 kami tidak berani tidur lagi, jadi kami hanya duduk-duduk menghabiskan waktu.. Papa saya sudah ngacir ke Sports Lounge untuk menonton final Liga Champions.. Sedangkan yang cewek2, giliran ke toilet untuk cuci muka, gosok gigi, dan dandan.. Sebenarnya ada shower room-nya juga.. Tapi kami terlalu malas untuk mandi, jadi urusan mandinya di-pending dulu sampai check-in di hotel.. hahaha.. 

Matahari di Sepang-Kuala Lumpur masih malu-malu untuk menampakkan diri, sedangkan pesawat yang akan membawa kami menuju kota Phnom Penh sudah siap di runway untuk take-off.. Perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Phnom Penh akan kami tempuh selama 1,5 jam.. Kali ini kami bisa menikmati pre-booked meals yang sudah saya pesan.. Menu yang kami pilih adalah Pak Nasser's Nasi Lemak, Kung Pao Chicken with Rice, Chicken Lasagne, dan Vietnamese Chicken Wrap.. Karena melakukan pre-booked, jadi setiap porsi makanan harganya RM 10 dan sudah include 1 gelas mineral water.. Kalau beli langsung, harganya sekitar RM 15.. Dari empat menu yang saya pesan, juaranya adalah Vietnamese Chicken Wrap.. Ini enak banget.. Isi wrap-nya berlimpah, dan perpaduan antara ayam, sayuran, dan saus kacangnya benar2 enak.. Saking enaknya, saya sampai membeli satu porsi lagi.. hehehe..




  Air Asia's Pre-Booked Meals


Kami mendarat di Phnom Penh International Airport sekitar pukul 07.35.. Yayy, new country to visit : checked.. Pastinya excited dong ya setiap kali menginjakkan kaki di tempat baru, negara baru pula.. Sebagai warga negara Indonesia dan negara-negara SEA lainnya, kita mendapatkan Visa Exemption selama 30 hari (berbeda-beda tiap negara).. Kita hanya perlu mengisi Departure Card, Arrival Card, dan Passenger's Declaration Form, yang semuanya dibagikan oleh pramugari/ra Air Asia ketika di dalam pesawat.. Proses imigrasi dan custom berjalan dengan lancar dan tanpa antrian yang panjang..


 Phnom Penh International Airport


 Air Asia AK536 KUL-PNH


Departure & Arrival Card



Passenger's Declaration Form


Sepintas mengenai Phnom Penh International Airport.. Airport-nya memang tidak luas, tapi surprisingly sangat modern dan bersih.. Keluar dari Arrival Hall, ada beberapa counter yang menjual sim card local termasuk urusan transportasi menuju kota / city center.. Karena memang berniat untuk membeli sim card local, saya memilih salah satu operator yang pernah saya baca namanya di internet, yaitu Metfone.. Harga sim card-nya adalah 5 USD untuk data internet saja dan 6 USD apabila ditambah dengan voice call.. Saya memilih yang 5 USD, toh hanya akan saya gunakan untuk membuka Google Maps ketika tersesat dan memesan Grab..  hehehe.. Setelah sim card aktif, saya mencoba untuk memesan Grab, tapi hasilnya nihil.. Rupanya Grab memang tidak diperbolehkan mengambil penumpang di airport.. Saya kemudian menuju counter taxi airport resmi dan dikenakan tarif 15 USD untuk menuju hotel kami yang berada di dekat Central Market.. Pilihan transportasi lainnya adalah Tuk-Tuk yang tidak saya sarankan kalau menginap di dekat Central Market karena jaraknya lumayan jauh.. Phnom Penh itu panas banget.. hahaha.. Opsi lainnya adalah local bus.. Sayang bus stop-nya berada di luar gate airport, jadi harus jalan dulu keluar area airport.. Bagi yang suka tantangan atau solo traveling dengan bawaan sedikit, mungkin bisa mencoba opsi ini.. hehehe..


 Arrival Hall




Ada hal yang cukup menarik ketika kami memasuki taxi.. Ternyata di Kamboja (dan juga Vietnam), si supir berada di sebelah kiri.. Awalnya sempat merasa aneh, mungkin karena belum terbiasa saja ya.. hehehe.. Sekilas selama perjalanan menuju hotel, kota Phnom Penh terlepas dari sejarahnya yang cukup kelam, sekarang kota ini menjelma menjadi kota yang sangat berkembang.. Gedung dan bangunan tinggi banyak dibangun.. Wah saya sudah pesimis dan skeptis duluan sepertinya, ternyata Phnom Penh cukup modern lho.. hahaha.. Oh ya, satu hal lagi.. Di Phnom Penh kenapa banyak mobil-mobil mewah ya.. Mobil Range Rovers punya owner tempat saya bekerja yang jumlahnya hanya sedikit di Bali, di Phnom Penh banyak lho.. wkwkwk..

 Airport Taxi








Mengenai mata uang yang digunakan di Kamboja, it's either KHR or USD.. Mata uang resminya adalah Cambodian Riel (KHR), tetapi USD digunakan untuk bertransaksi sehari-hari oleh masyarakat Kamboja.. Untuk mempermudah, 1 USD itu setara dengan 4000 Riel.. Permasalahannya adalah banyak orang local yang suka "pembulatan" ke atas, apalagi ketika tahu kita tourist.. Minuman yang harganya 2500 Riel, ketika saya tanya menggunakan Bahasa Inggris, pasti akan dijawab, "one dollar".. Tapi banyak juga yang jujur kok.. Begitu saya kasi 1 dollar, langsung diberi kembalian 1500 Riel..


Cambodian Riel (KHR)


Karena belum bisa check-in di hotel seperti yang sudah saya prediksi sebelumnya, saya langsung memesan Grab untuk menuju St. Joseph Church yang berada di Phsar Toch.. Mumpung tiba di Phnom Penh hari Minggu dan kebetulan ada jadwal yang sesuai, jadi kemi memilih mengikuti misa.. Oh ya, Grab di Phnom Penh ini sangat terjangkau lho.. Jauh lebih murah bila dibandingkan naik Tuk-Tuk.. Harganya memang dalam Riel (KHR) tapi kita bisa membayar dalam USD.. Dari hotel ke St. Joseph Church tarifnya sekitar 4 USD, itu pun karena kami memilih GrabCar Plus.. 

Sesampainya di St. Joseph Church kami kebingungan mencari lokasi Gereja-nya.. Hanya ada kapel kecil yang sepertinya sudah tidak digunakan lagi dan beberapa bangunan kuno.. Ternyata setelah bertanya kesana kemari, Gereja-nya hanya berupa bangunan yang dalamnya seperti aula dengan kursi berjejer-jejer.. Hebatnya, umat atau pengunjungnya banyak bahkan sampai ada yang rela berdiri karena tidak kebagian kursi. Romo atau pastor-nya berasal dari Amerika Serikat dan sangat ramah.. Beliau di awal misa, menyapa dan menanyakan kepada beberapa orang yang mungkin belum pernah dilihat sebelumnya, termasuk kami tentunya.. Ternyata ada yang berasal dari Eropa, Malaysia, dan tentu saja Indonesia.. hehehe.. Beliau juga selama misa ketika berbicara juga memperagakan bahasa isyarat karena ada beberapa orang yang merupakan penyandang tuna rungu.. Selesai misa juga disediakan minuman dan snack kecil yang bisa diambil secara cuma-cuma.. Banyak hal yang membuat saya tersentuh selama mengikuti misa di Gereja ini.. Salah satu pengalaman paling berkesan yang saya dapatkan selama di Phnom Penh..








 St. Joseph Church


Dari St. Joseph Church kami memesan Grab untuk menuju ke Central Market.. Kepada driver Grab, saya minta diturunkan di satu tempat makan yang berlokasi di dekat Central Market.. Karena tidak tahu nama tempatnya, saya menunjukkan foto makanan yang saya maksud ke driver, dan untungnya driver-nya tahu.. hehehe.. Belakangan baru saya ketahui bahwa tempat makan tersebut bernama Yi Yi Baykordot.. Saya tahu Yi Yi Baykordot ini dari vlog-nya Mark Wiens (Migrationology).. Siapa sih yang tidak tertarik dengan hotplate daging sapi yang dari look-nya saja sudah sangat menggoda.. hahaha.. Maka dari itu, Yi Yi Baykordot ini saya tempatkan di itinerary sebagai "first meal" kami di Phnom Penh.. hehehe..


 Yi Yi Baykordot






Di Yi Yi Baykordot ini ada 3 menu hotplate yang bisa dipilih, yaitu daging sapi (beef), seafood (cumi & udang), dan ikan sardine.. Masing-masing hotplate akan hadir dengan telur mata sapi yang masih runny (untuk hotplate beef) dan bawang bombay yang entah kenapa rasanya manis dan enak.. Rasanya jangan ditanya, sama juaranya seperti penampilannya.. hahaha.. Di meja juga disediakan aneka condiment seperti fish sauce, acar bawang putih, soy sauce, dan sambal.. Dari segi harga, Yi Yi Baykordot ini sangat terjangkau.. Untuk 4 porsi hotplate, 4 porsi nasi putih, 1 soup, dan minuman, total bill-nya adalah 26.000 KHR atau sekitar 95k.. Makan di Indonesia sebanyak ini belum tentu harganya segitu kan ya.. hahaha.. Oh ya, saking enaknya, esok harinya papa saya reqeust lagi untuk makan siang di Yi Yi Baykordot ini.. hahaha.. 


Beef Hotplate


Fish & Seafood Hotplate


 yang atas isinya campur2, kalau yang bawah pare dan daging


 acar bawang putih dan sambalnya enak




To be continued..



Ngurah Rai International Airport
Jl. Raya Gusti Ngurah Rai - Bali
Website  :  Ngurah Rai Airport 


Air Asia
Website  :  Air Asia


Kuala Lumpur International Airport 2 
KLIA2 / LCCT KL
64000 Sepang, Selangor, Malaysia
Website  :  KLIA2


Phnom Penh International Airport
12000 Angkor, Phnom Penh St
Phnom Penh, Cambodia
Website  :  Phnom Penh Airport


Metfone
Website  :  Metfone


St. Joseph Church
1788B National Road 5, Phsar Touch
12000 Phnom Penh, Cambodia
Sunday Mass : English (10.00) - Khmer (08.00 & 16.00)
Daily Mass : 06.00 & 18.15
Website  :  Catholic Cambodia


Yi Yi Baykordot
Corner of Bassac St. 61 and Preah Chey Chetha St 118
(near Central Market / Phsar Thmey)
Telp  :  012 977 588
Opening Hours  :  06.00 - 14.00
Price  :  apprx 7 USD for 4 persons




2 comments:

  1. Makan malam di airport dengan caesae saladdan sebiji sosis? Perasaan di foto sosisnya dua deh mbak :D
    Nama tempat makannya lucu ya "Yi Yi Baykordot".

    Abis dari Kamboja ke Vietnam?

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha.. itu 1 porsi dibagi berdua mbak..1 orang 1 sosis.. mahal soalnya.. hehehe..
      Iya.. Entah apa artinya yi yi baykordot.. hehe.. Iya Mbak.. dari Kamboja ke Vietnam..

      Delete