Nǐ Hǎo Guǎngzhōu.. Rasanya
bahagia banget akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di kota Guangzhou.. Guangzhou, also known as Canton, adalah ibu kota dari Guangdong Province dan sekaligus merupakan kota terpadat (most populous) di Guangdong.. Kota Guangzhou ini membentang di sepanjang Pearl River.. That's why di awal post saya mengatakan, bahwa sepertinya sudah takdir dari Tuhan kalau papa-mama saya bisa merayakan Pearl Anniversary mereka di Pearl River.. Nama Guangzhou memang tidak setenar Shenzhen, Beijing, dan Shanghai untuk urusan tourism-nya.. Kebanyakan visitors berkunjung ke Guangzhou untuk urusan bisnis dan trading, apalagi di saat berlangsungnya Canton Fair yang diadakan dua kali dalam setahun..
Setelah turun dari kereta, kami langsung
menuju Guangzhou East Metro Station yang connect langsung dengan Guangzhou East
Railway Station.. Sebelum naik Metro, terlebih dahulu saya mampir ke counter
Customer Service Center untuk membeli tiket 3-Day-Pass seharga 50 RMB.. Dengan
tiket jenis ini, kita bisa naik Metro sepuasnya selama 3 hari ke depan.. Kalau
bakalan sering naik Metro, lebih baik membeli tiket ini, karena selain
lebih hemat, kita juga tidak perlu antri di tiket machine setiap kali akan naik
Metro..
arrived safely @ Guangzhou East Railway Station
Guangzhou East Metro Station
tiket jenis 3-Day-Pass bisa dibeli di Customer Service Center
3-Day-Pass Card (@ 50 RMB)
Guangzhou Metro Map
Dari Guangzhou East Metro
Station, kami naik Metro Line 3 (Orange) dan turun di Linhexi Metro Station
yang hanya berjarak 1 station away..
Begitu keluar dari Linhexi Metro Station, saya langsung dibuat terpukau dengan jejeran
bangunan tinggi dan modern yang didominasi oleh perkantoran, shopping mall, dan
apartemen itu.. Maklum di Bali terbiasa melihat sawah dan pantai.. hahaha.. This is Tianhe (天河区), sebuah district di kota Guangzhou yang modern, vibrant, dan dipenuhi oleh skyscrapers..
Saya sengaja memilih menginap di kawasan Tianhe karena saya memang lebih suka
dengan area yang modern dan more-developed dibandingkan dengan area yang older and more laid-back.. Untuk yang suka dengan tipe area yang kedua, bisa memilih hotel di kawasan old city, seperti di seputaran Beijing Lu..
Guangzhou Metro
Linhexi Metro Station
Saya langsung dibuat jatuh cinta dengan
Guangzhou, terutama di daerah Tianhe ini.. Jalan rayanya lebar dengan jalur pedestrian (trotoar) yang juga lebar membuat kita para pejalan kaki bisa
berjalan dengan nyaman dan aman.. Di sepanjang jalan juga dipenuhi oleh
pepohonan dan tanaman yang dirawat dengan baik.. Ditambah lagi dengan udara dingin kota Guangzhou yang
siang itu mencapai 14 derajat Celcius, membuat saya betah berlama-lama duduk di pinggir jalan yang memang disediakan beberapa tempat duduk.. Cuaca yang dingin juga membuat acara jalan-jalan saya semaki menyenangkan karena saya bisa berjalan tanpa khawatir kepanasan dan keringetan..
hahaha.. Dari Linhexi Metro Station, kami berjalan kaki sekitar 500 meter untuk
mencapai hotel tempat kami menginap, Aloft Guangzhou Tianhe..
Tianhe District
Berhubung kami belum bisa
check-in, setelah menitipkan tas, kami langsung menuju destinasi pertama kami
di Guangzhou, yaitu Baima Garment / Clothing Market.. Sesuai namanya Baima ini
adalah pusat grosir baju dimana Guangzhou memang
terkenal dengan clothing markets-nya.. Baima ini terletak di dekat Guangzhou
Railway Station, dan selain Baima, di sini banyak terdapat pusat grosir
baju lainnya seperti Tianma, Xindadi, Yima, Hongmian, dll..
Untuk menuju Baima,
kami naik Metro Line 1 (Yellow), kemudian transfer ke Line 5 (Red) dan
turun di Guangzhou Railway Metro Station.. Guangzhou Railway Metro Station ini
mungkin bisa dibilang Metro Station terbesar yang pernah saya datangi..
Ramainya juga tidak karuan apalagi di saat weekend.. Exit-nya saja banyak
banget, mana untuk menuju Baima kami harus mengambil Exit H2 yang notabene
paling ujung dan paling jauh.. hahaha.. Mungkin kalau dihitung, dari pertama
kali turun Metro sampai Baima, jaraknya bisa mencapai 1 km.. Makanya tidak
heran kalau orang China itu langsing-langsing.. Wong kerjaannya jalan kaki dan
jauh-jauh pula jaraknya.. wkwkwk.. Hal lainnya yang saya juga perhatikan, para wanita di
sini tidak ada yang memakai tas atau handbag yang besar-besar.. Kebanyakan
memakai sling-bag atau backpack yang ukurannya kecil.. Sedangkan kita tiga
cewek dari Bali ini, bawanya tas besar yang isinya full.. Alhasil tiap malam,
bagian bahu dan pinggang sudah kayak nenek-nenek yang encok di sana-sini.. wkwkwk.. Selain
membawa tas kecil, saat belanja mereka kebanyakan membawa koper.. Memang
sih geret koper bakalan jauh lebih ringan dibandingkan menenteng tas
belanjaan ya kan..
Saat menuju Exit H2, saya juga melihat satu “pemandangan” yang membuat saya teringat dengan artikel yang pernah saya baca di internet.. Awalnya saya malah tidak terlalu percaya dengan artikel tersebut.. Di sini saya melihat dengan mata kepala
saya sendiri, seorang anak berusia sekitar 3-5 tahun disuruh orang tuanya jongkok di pojokan metro
station.. Entah untuk sekedar buang air kecil atau malahan buang air besar..
Memang sih itu bukan persis di metro station yang banyak penjaganya..
Ini di semacam lorong underground yang menghubungkan antar exit stations dan
beberapa gedung di seputaran Guangzhou Railway Station.. Si ibu dan anaknya
asyik saja jongkok tidak mempedulikan orang yang lalu lalang.. Duh ternyata artikel yang saya baca benar dong.. Duh jangan sampai terinjak saja pikir saya.. hahaha..
di dalam Metro
Baima Garment / Clothing Market
Memasuki Baima membuat saya
teringat dengan Mangga Dua kalau di Jakarta.. Baima ini terdiri dari 10 lantai
dan walaupun pusat grosir, beberapa toko juga melayani pembelian retail namun tentu dengan harga
yang lebih mahal dibandingkan harga grosir.. Saya sendiri hanya "betah" selama 15 menit
di Baima ini.. wkwkwk.. Alasan pertama adalah karena mostly yang dijual di sini adalah winter
fashion apparel.. Kalau yang ini sih salah kami sendiri, siapa suruh perginya
pas winter.. hahaha.. Alasan kedua adalah soal harga.. Ternyata harga di sini
tidak murah-murah lho.. Malahan cenderung mahal kalau dibandingkan produk
serupa di Indonesia dan di negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan
Vietnam.. Apalagi modelnya juga rada “kuno” kalau menurut selera saya.. wkwkwk..
Pantesan saja banyak review orang di internet yang mengatakan mendingan belanja online di
Taobao dan Aliexpress dibandingkan belanja di Baima ini.. hahaha..
Dari Baima, kami iseng masuk ke
Tianma Women’s Street.. Jadi ini semacam alley atau lorong yang berada di
antara Baima dan Tianma, dan isinya full dengan toko-toko kecil.. Nah kalau di
sini harganya lumayan terjangkau sih.. Tas-tas kecil dibandrol mulai 50 RMB
saja.. Selain tas, ada juga baju, sepatu, dan accessories..
Berhubung sudah waktunya makan
siang, kami mampir ke satu food court yang berada persis di samping Tianma Women’s Street dan juga tembus ke Tianma Fashion Wholesale Center.. Food court ini sudah
kayak pasar secara kami datang saat jam makan siang.. Untuk mendapatkan meja
saja kami harus antri dan gerak cepat supaya tidak diserobot sama pengunjung
yang lain.. Urusan pesan-memesan akhirnya diserahkan ke papa dan adik saya..
Sedangkan saya dan mama saya kebagian hunting meja.. hahaha.. Makanan di sini
rasanya so-so semua, kagak ada yang enak.. Ada 2 jenis mie yang kami pesan dan
saya sama sekali tidak tertarik untuk mencicipi.. Beef Fried Rice (Niúròu Chǎofàn) pesanan mama saya rasanya lumayan, masih bisa dinikmati.. Sedangkan saya sendiri memesan Wonton Soup yang rasanya paling enak di
antara semua makanan yang kami pesan.. Saya juga memesan Ròujiāmó yang bisa
dibilang burger ala China, jadi ini roti yang tengahnya diberi daging (pork,
beef, or lamb).. Sebenarnya rasanya enak, hanya saja dagingnya kurang
seasoning.. Maklum lidah orang Indonesia kan sudah terbiasa dengan micin.. hahaha..
Ada kejadian lucu saat kami memesan Beef Fried Rice.. Berikut percakapan antara adik saya dan penjual Beef Fried Rice :
Adik saya : Nǐ yǒu chǎofàn ma?? (ada nasi goreng??)
Penjual : Ah, flai lais.. yǒu.. (ah, fried rice.. ada..)
Adik saya : Yǒu niúròu ma?? (ada yang pakai daging sapi??)
Penjual : Ah, biii.. yǒu.. (ah, beef.. ada..)
Adik saya : Do you have water??
Penjual : .... diam beberapa detik, terus kepalanya geleng-geleng
Adik saya : Nǐ yǒu shuǐ ma?? (ada air??)
Penjual : Oh, shuǐ, yǒu (sambil nyengir).. (oh air, ada..)
Jadi untuk kata se-simple "water" saja ternyata banyak yang tidak mengerti lho.. Belum lagi Bahasa Inggris mereka yang sulit dimengerti, bayangkan saja "fried rice" bisa menjadi "flaii laiss".. hahaha.. Makanya kami hampir tidak pernah mencoba berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan orang local.. Lebih baik menggunakan Bahasa Mandarin kami yang hanya bisa satu- dua kata, atau sekalian saja menggunakan bahasa tubuh.. hahaha.. Contohnya saja ketika bertanya arah, cukup tunjukkan foto tempatnya atau tulisan nama tempatnya dalam Chinese Character, dan tambahkan kata "zài nǎlǐ" di belakangnya yang artinya "dimana".. Jangan lupa di depannya ditambahkan "bù hǎoyìsi, qǐngwèn" (artinya permisi) dan diakhiri dengan "xièxiè" (artinya terima kasih)..
Ada kejadian lucu saat kami memesan Beef Fried Rice.. Berikut percakapan antara adik saya dan penjual Beef Fried Rice :
Adik saya : Nǐ yǒu chǎofàn ma?? (ada nasi goreng??)
Penjual : Ah, flai lais.. yǒu.. (ah, fried rice.. ada..)
Adik saya : Yǒu niúròu ma?? (ada yang pakai daging sapi??)
Penjual : Ah, biii.. yǒu.. (ah, beef.. ada..)
Adik saya : Do you have water??
Penjual : .... diam beberapa detik, terus kepalanya geleng-geleng
Adik saya : Nǐ yǒu shuǐ ma?? (ada air??)
Penjual : Oh, shuǐ, yǒu (sambil nyengir).. (oh air, ada..)
Jadi untuk kata se-simple "water" saja ternyata banyak yang tidak mengerti lho.. Belum lagi Bahasa Inggris mereka yang sulit dimengerti, bayangkan saja "fried rice" bisa menjadi "flaii laiss".. hahaha.. Makanya kami hampir tidak pernah mencoba berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan orang local.. Lebih baik menggunakan Bahasa Mandarin kami yang hanya bisa satu- dua kata, atau sekalian saja menggunakan bahasa tubuh.. hahaha.. Contohnya saja ketika bertanya arah, cukup tunjukkan foto tempatnya atau tulisan nama tempatnya dalam Chinese Character, dan tambahkan kata "zài nǎlǐ" di belakangnya yang artinya "dimana".. Jangan lupa di depannya ditambahkan "bù hǎoyìsi, qǐngwèn" (artinya permisi) dan diakhiri dengan "xièxiè" (artinya terima kasih)..
2 jenis mie yang entah namanya apa (lol)
Wonton Soup
Setelah lunch, kami mampir ke
sebuah underground shopping center yang bernama The First Tunnel of Guangzhou atau nama resmi yang tertera di entrance-nya "The Top Clothes Underground
Wholesale Centre of Asia".. Underground shopping center ini bisa diakses dari
beberapa entrances, termasuk dari Metro Station dan kebetulan persis di depan
Tianma juga ada entrance-nya.. Isinya sih sama persis dengan Baima dan Tianma, which
is mostly clothes, hanya saja dengan harga yang jauh lebih terjangkau.. Ujung-ujungnya
kami tetap keluar dengan tangan hampa.. Selain karena semuanya koleksi winter, tidak
ada juga ukuran yang muat di badan saya yang jumbo ini secara orang China
pada mungil-mungil dan langsing-langsing semua.. hahaha.. Sebenarnya saya lebih
tertarik berburu tas, dompet, accessories, dll, yang malahan tidak kami temukan setelah beberapa jam keliling..
Capek keliling-keliling tanpa berhasil membeli sesuatu, akhirnya kami kembali ke Guangzhou Railway Metro Station.. Berhubung kami malas kembali ke hotel, jadi kami langsung menuju next destination.. Dari Guangzhou Railway Metro Station, kami naik Metro Line 2 (Blue), transfer ke Line 1 (Yellow) dan turun di Huangsha Metro Station..
antrian di ticket machine
padahal bukan rush hour lho
To be continued..
Guangzhou East Railway Station
Dongzhan Road, Tianhe District
Dongzhan Road, Tianhe District
Guangzhou Metro
Baima Garment / Clothing Market
Opening Hours : 08.00 - 18.00
16 Zhannan Road, Yuexiu Qu
Guangzhou, Guangdong, China
Tianma Fashion Wholesale Center
168 Huanshi W Road, Yuexiu Qu
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 18.00
The First Tunnel of Guangzhou
Zhannan Road, Yuexiu Qu
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 22.00
(some shops may close earlier)
No comments:
Post a Comment