Monday, August 14, 2023

Thailand Trip 2022 ~ Culinary & Shopping Spree in Krung Thep (Bangkok)

After Krabi & Kanchanaburi, finally we were arriving in our 3rd destination of this trip, which is the famous Bangkok, which now officially known as Krung Thep Mahanakhon (or just Krung Thep).. Saya sendiri dari dulu lebih sering menyebut Bangkok sebagai Krung Thep, karena memang orang Thai sendiri tidak ada yang menyebut ibu kota Thailand ini sebagai Bangkok, melainkan Krung Thep.. Tapi karena banyak orang lebih familiar dengan Bangkok, jadi di postingan ini kita pakai Bangkok saja ya.. hehehe.. Dikarenakan ini bukan pertama kalinya kami berkunjung ke Bangkok, jadi kami sudah pasti skip beberapa tempat wisata terkenal di Bangkok, yang sudah pernah kami kunjungi sebelumnya, seperti Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun, Asiatique, dll.. Tujuan kami ke Bangkok kali ini pastinya untuk berburu kuliner dan shopping.. hahaha..

Untuk memudahkan mobilisasi di tengah kondisi kota Bangkok yang padat banget, kami memilih tinggal di daerah Siam.. Terbiasa hidup di Bali, pindah ke Surabaya yang macetnya masih bisa dimaklumi saja, sudah berhasil membuat saya stress.. Nah ini di Bangkok, jarak kurang dari 5 km saja, bisa ditempuh berjam-jam karena macet.. Ga bisa dibayangkan kalau saya harus tinggal di Bangkok.. Selama 4 hari di Bangkok, kami menginap di Holiday Inn Bangkok di Siam.. Lokasinya strategis banget karena persis di depan Chit Lom BTS Station dan hanya 5 menit dari Central World, Big C, Siam Square, Siam Paragon, dll.. Reviewnya akan saya tulis terpisah as usual..

 


 

Kami tiba di Bangkok sekitar pukul 15.00 setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam dari Kanchanaburi.. Setelah check-in, kami langsung menuju Yaowarat Road, also known as Chinatown-nya Bangkok.. Sengaja kami buru-buru ke Chinatown untuk menghindari rush hour.. Kalau lagi di Bangkok, please avoid rush hour seperti jam berangkat kerja atau jam pulang kerja.. Jalanan sudah pasti macet, cari grab or taxi sudah pasti susah, BTS atau MRT juga sudah pasti crowded banget.. Paling pas berkunjung ke Yaowarat sekitar pukul 16.00.. Stall makanan baru mulai buka, jadi tidak perlu antri panjang.. Dan kita juga bisa menikmati suasana Chinatown saat masih terang dan saat sudah gelap dengan lampu-lampunya yang cantik.. 

 

 

 

 
 

First thing first, kami mampir ke Yaowarat Toasted Bun, yang ternyata sekarang sudah punya beberapa cabang, salah satunya di food court di Siam Paragon.. Ini favorit papa saya.. Jadi ini adalah roti yang dipanggang di atas charcoal dan diisi aneka filling.. Ada pilihan sugar butter, custard, chocolate, milk, dll.. Jadi rotinya ini crispy di luarnya tetapi soft di dalamnya dan dengan filling yang melimpah banget.. Not my favorite karena menurut saya isiannya terlalu banyak dan jadi eneg makannnya.. Next kami langsung antri di stall Grilled Squid.. Sebenarnya yang jual menu serupa ada beberapa stall di sepanjang Yaowarat, tapi ada 1 stall yang antrinya paling panjang.. Dulu terakhir ke sini, antriannya masih normal.. Sekarang sudah pakai nomer antrian seperti antrian dokter saja.. hahaha.. Padahal mereka baru saja buka, tapi antriannya sudah no 15.. Saya menunggu sekitar 30 menit, tapi untungnya bisa ditinggal.. Memang grilled squid di sini beda.. Cumi-nya fresh dan saya suka dengan dipping saucenya yang pedas, gurih, kecut, dan berlimpah daun ketumbar atau corriander-nya.. Siapa di sini yang pecinta daun ketumbar atau corriander atau wan sui?? Setiap kali saya datang ke XO Suki, pasti langsung kosong tempat daun ketumbarnya.. Kadang minta mas atau mbak-nya untuk refill lagi.. hahaha.. 

 

 

 Yaowarat Toasted Bun

 

 

Grilled Squid

 

 

   

Selain 2 stall ini, sebenarnya banyak makanan lain yang bisa dicoba.. Bahkan beberapa ada yang sampai dapat Michelin.. Tapi ga semuanya menurut saya enak dan worth to try.. Buat yang first-timer ke Yaowarat, selain Toasted Bun dan Grilled Squid, bisa cobain Guay Jub Ouan Pochana (kway chap / rice noodle soup).. Kemudian ada Pa Tong Go Savoey, semacam cakwe kecil yang dimakan dengan cocolan pandan custard.. Selain stall-stall makanan, di sepanjang jalan Yaowarat ini juga ada toko-toko yang menjual obat-obatan, makanan khas Thai, bahan makanan, dan masih banyak lagi.. Setelah puas icip-icip dan belanja di Yaowarat, kami memutuskan balik ke Siam.. Kali ini kami memilih naik tuktuk saja untuk menghemat waktu.. 

Dari Yaowarat ke Siam Square, setelah ditawar pakai bahasa Thai, dapat harga THB 100.. Ga terlalu mahal karena biaya grab berangkatnya malah lebih mahal.. Tapi ya gitu, naik tuktuk itu buat yang suka adventure, seru habis.. Buat yang penakut kayak mama saya, malah buat sport jantung.. hahaha.. Tapi oke sih kalau untuk jarak dekat dan pas rush hour.. Karena tuktuk itu bisa motong lewat gang-gang kecil jadi benar-benar menghemat waktu.. Di Siam Square, kami mampir ke store-nya Onitsuka Tiger, which is the largest store in Southeast Asia.. Secara harga sebenarnya beda tipis sama di Indonesia, tapi mereka ada beberapa model yang belum masuk ke Indonesia.. Akhirnya cewek-cewek bertiga (saya, adik saya, dan mama saya) tergoda beli, yang masih kuat imannya cuma papa saya.. Eh ga sih, habis itu dia beli Saucony 2 pasang.. hahaha..

 

 

Onitsuka Tiger @ Siam Square 

 

Next kita nyebrang ke Siam Paragon untuk mampir ke supermarketnya.. Di basement Siam Paragon itu ada satu supermarket favorit saya, Gourmet Market.. Di sini lengkap banget mulai dari produk lokal dan produk import-nya.. Saya paling senang nyobain buah importnya yang kadang susah ditemukan di Indonesia.. Karena sekarang malas main ke Or Tor Kor Market, jadi kami beli durian di Gourmet Market saja.. Harga beda sedikit saja, tapi kualitasnya sama bagusnya.. Kalau di Thailand, saya suka durian monthong-nya.. Ga terlalu manis dan teksturnya juga tidak mushy.. Makannya karena ga boleh makan di dalam mall atau di dalam hotel, ya di pinggir jalan raya.. hahaha.. Sebelum pulang, kita mampir ke food courtnya untuk makan the famous Go-Ang Pratunam Chicken Rice, yang menurut saya biasa saja, dan my favorite Pad Thai ever, Thip Samai.. Somehow kedua makanan ini kurang enak rasanya.. Padahal saya makan di outlet mereka lainnya, rasanya lebih enak.. Kalau mau cobain Thip Samai, mending ke resto-nya yang di Icon Siam atau di tempat aslinya di Mahachai Road..

 

 

Gourmet Market @ Siam Paragon

 

 

Go-Ang Pratunam Chicken Rice & Thip Samai @ Siam Paragon

  

Keesokan harinya kami sengaja bangun lebih pagi karena akan mengikuti Misa pagi.. Kali ini kami memilih untuk mengikuti Misa di St Louis Catholic Church di daerah Sathon.. Sengaja memilih St Louis Catholic Church ini karena kami sudah pernah ke Holy Redeemer Church dan Assumption Cathedral.. Jadi cobain gereja yang lain biar dapat pengalaman baru.. Misa harian di St Louis Catholic Church ini setiap pagi pukul 06.00.. Dari daerah Siam, perjalanan sekitar 20 menit naik Grab.. Sesampainya di sana, kami kebingungan karena kok pintu gereja-nya masih tertutup.. Akhirnya coba cari security-nya.. Sampai di pos security-nya, saya tunjukkan aplikasi Google Translate saya yang berbunyi, "misa pagi dimana?".. Entah apa hasil translate-nya, yang jelas bapak security-nya tidak mengerti.. Akhirnya saya peragakan bagaimana orang lagi berdoa sambil buat tanda salib, bapaknya nyeletuk, "misa".. Saya langsung bilang "chai ka", artinya iya.. Bapaknya langsung mengantar kami ke belakang, jadi ternyata misa hariannya itu di Kapel bukan di Gereja-nya.. Dan saya baru tahu kalau "misa" dalam bahasa Thai juga "misa".. hahaha.. Tepat jam 6 pagi, misa dimulai.. Umat yang hadir sekitar 20 orang, kebanyakan adalah guru dan suster yang mengajar di St Louis School.. Bahkan hosti-nya saja kurang karena ketambahan kami 4 orang dari Indonesia.. hahaha.. Btw Romo-nya masih muda, namanya Father Yui.. Kami ga sengaja ketemu setelah misa.. Akhirnya ngobrol sebentar dan sempat foto bareng juga.. Yang jelas, sewaktu saya posting fotonya di Story IG saya, teman-teman saya banyak yang komentar, Romo-nya ganteng, sudah seperti aktor di lakorn (drama) Thailand.. hahaha..

 

 

 

 

Dari St Louis Catholic Church kami naik Grab menuju Heng Chun Seng, salah satu restoran beef hot pot dan noodles terkenal di Bangkok.. Sengaja datang pagi-pagi biar ga pakai antri.. Saya memang paling malas antri untuk makan.. Buat saya, makanan seenak apa pun, kalau disuruh antri berjam-jam, sorry saja, saya mending makan di tempat lain.. Back to Heng Chun Seng, mereka ini famous akan beef hot pot-nya.. Hot pot-nya itu unik karena di tengah pot-nya itu diberi charcoal yang membuat soup-nya tetap panas.. Isiannya bisa kita pilih, mulai dari daging, bakso sampai aneka jeroan.. Jangan lupa order tambahan kangkung dan mie juga.. Overall, enak banget.. Dan yang ke sini kebanyakan orang local, jadi bukan yang touristy place gitu.. Mereka buka dari pukul 07.00, jadi lebih baik datang pagi atau hindari jam makan.. Untuk harga, masih reasonable banget.. Kemarin kita makan ber-4 dengan porsi makan ber-6, habisnya sekitar THB 400 saja..

 
Heng Chun Seng
 

 


 

Sebelum balik ke hotel, kami mampir ke Mae Varee dulu.. Jadi buat pecinta Mango Sticky Rice atau Khao Niao Mamuang, ini salah satu tempat yang wajib dikunjungi.. Menurut beberapa orang, di sini tempatnya the best Mango Sticky Rice in Bangkok.. Saya setuju sih, walaupun menurut saya, semua Mango Sticky Rice di Thailand itu enak-enak.. hahaha.. Yang membedakan di sini adalah kualitas mangga-nya.. Mangga-nya memang juara banget.. Buat yang ga suka Mango Sticky Rice, kita bisa beli mangga-nya saja.. Dan mereka juga jual aneka makanan dan dessert khas Thai lainnya..


Mae Varee
 

 

Setelah balik hotel dan istirahat sebentar, agenda siang itu adalah mengunjungi Platinum Fashion Mall.. Saya sebenarnya sudah kurang berminat belanja ke Platinum dan Pratunam.. Sudah lewat masa-masanya borong di sini..  Dulu awal-awal ke Bangkok, semuanya dibeli.. Sekarang semakin dewasa, sudah semakin bijak, ya walaupun 2-3 baju kebeli juga sih.. oops.. hahaha.. Yang doyan belanja di sini justru papa saya.. Saya lebih memilih nongkrong di food court-nya sambil minum Cha TraMue.. Jujur kalau lagi di Platinum dan Pratunam itu sudah tidak seperti di Thailand lagi, tapi lebih terasa seperti di Jakarta.. Yang lebih sering kedengaran malah Bahasa Indonesia.. hahaha.. 

 

 
 


Platinum Fashion Mall
 

 

Dari Platinum, kita lanjut ke Big C Supermarket, persis di seberangnya Central World.. Big C ini adalah salah satu supermarket chain yang terbesar di Thailand.. Jadi kalau mau beli oleh-oleh, dibandingkan beli di toko oleh-oleh or Platinum, lebih baik beli di Big C ini.. Di sini saya beli beberapa makanan untuk dijadikan oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman di Indonesia.. Untuk saya pribadi, yang saya borong adalah seaweed-nya Tao Kae Noi.. Di Indonesia ada sih, tapi harganya beda jauh.. hahaha.. Ada kayaknya 1 koper saya, full sama Tao Kae Noi.. hahaha.. Saya suka nyemilin rumput laut karena termasuk snack yang rendah kalori.. Yang doyan Thai Milk Tea bisa beli yang brand Cha TraMue atau Nestle.. Yang suka manisan buah, di sini juga banyak.. Saya biasa beli freeze dried durian.. Kalau bawa buah-nya ke pesawat kan ga boleh, nah kalau yang versi sudah dikeringin, diperbolehkan.. Lumayan untuk obat kangen kalau lagi pengen makan durian.. hehehe..Another tips, di Big C ini ga disediakan tas belanja or plastic bag.. Dus atau box pun terbatas, dan bakalan susah nenteng-nenteng dus kan ya.. Jadi pastikan kalian bawa shopping bag yang cukup, daripada harus beli lagi.. Or langsung bawa koper seperti beberapa orang yang saya temui di Big C.. hehehe.. 

 

 

Big C

 

Sore harinya kami menuju Icon Siam, salah satu mall paling cantik dan paling bersih yang menjadi favorit saya.. Paling pas ke sini sore hari, jadi setelah belanja bisa sambil menikmati keindahan sunset di sungai Chao Phraya.. Jadi bagian belakang mall Icon Siam ini langsung menuju area pinggir sungai.. Bahkan mereka juga menyediakan free shuttle boat dari Sathorn Pier / Saphan Taksin BTS Station.. Di Ground Floor juga ada aneka stall yang menjual makanan khas Thai.. Mulai dari dessert, makanan berat, snack, sampai oleh-oleh khas Thailand.. Area-nya sengaja di-design seperti floating market.. Dan ini tempatnya luas banget, dijamin bakalan kalap dan bingung mana yang mau dicoba.. hahaha.. Honestly, saya ga pernah makan di sini, paling hanya beli beberapa snack karena menurut saya tempatnya rada touristy jadi rasa makanannya kurang authentic.. Kemarin di Icon Siam, saya hanya mampir ke Muji, beli teh di TWG, mampir ke The Alley karena sudah lama ga minum milk tea-nya, nyobain Fuku Matcha yang ternyata Matcha-nya the best banget, dan akhirnya makan di Nice Two Sea U.. 


Icon Siam
 

 

The Alley @ Icon Siam
 

TWG @ Icon Siam
 

 

 
 
 

Fuku Matcha @ Icon Siam

  

Jadi Nice Two Sea U ini adalah Korean-style seafood restaurant yang cukup terkenal di Thailand.. Yang ga doyan seafood, bisa cobain sister resto mereka, Nice Two Meat U.. Kami sengaja pilih makan di Nice Two Sea U karena penasaran sama rasanya Gejang (raw marinated crab) dan San-Nakji (raw octopus).. Di Surabaya, jujur kami ga berani makan menu ini karena ragu dengan kesegaran seafood-nya.. hahaha.. Menu di Nice Two Sea U ini sebenarnya banyak, ga hanya yang mentah-mentah.. Tapi 2 menu ini memang incaran kami.. Overall, seafoodnya fresh banget, tapi honestly Korean food memang kurang cocok di selera saya., Saya lebih suka raw marinated crab versi Thai-nya.. Untuk harga makanan, ya standard resto di dalam mall, which is on expensive side.. 


 

 

 

Keesokan harinya, kami start agak siang karena jujurly kami tepar.. Ini hari ke-delapan dari keseluruhan trip, jadi badan sudah encok semua dan mulai rewel.. hahaha.. Sekitar jam 11, kami naik BTS menuju Emquartier, salah satu fancy mall di Bangkok.. Tapi store-nya sedikit dan kebanyakan high-end brand.. Jadi kami langsung melipir ke Terminal 21.. Nah di sini yang agak lama, karena kami keasyikan shopping.. Oh ya di Terminal 21, juga ada food court yang  menurut saya rasanya enak dan harganya murah meriah.. Please check my previous travel diary untuk ulasan lebih lengkap tentang Pier 21 food court ini..     

 

Erawan Shrine
 

Emquartier
 

 

 Rev Runner @ Terminal 21


Bake a Wish @ Terminal 21
 
 

Anyway, siang itu kami ada reservasi di Supanniga Eating Room, salah satu resto Thai terkenal di Bangkok yang dapat penghargaan Michelin.. Mereka punya cabang di beberapa lokasi, dan kami reserved yang di cabang mereka di Sathorn 10.. Kami reserved pukul 13.30.. Dan karena macet parah, jadi kami sampai di resto sekitar pukul 13.45.. Sampai resto kami ditolak dong, katanya karena mereka close jam 14.00 dan baru buka lagi jam 17.00.. Saya complain dong, kalau memang tutup jam 14.00, ngapain buat pilihan reservasi di jam 13.30.. Karena sewaktu booking di web mereka, kita diminta memilih jam kunjungan dan tersedia pilihan ham 13.30..  Iya kali kita disuruh makan cuma 30 menit.. Ya udah akhirnya batal deh makan di sini.. Sebenarnya kami memang sudah ga percaya dengan Michelin-Michelin-an.. Karena sering kali kecewa karena ga sesuai sama ekspektasi.. Jadi lebih baik cari tempat makan yang jadi favorit orang local.. Akhirnya kami naik Grab lagi balik ke daerah Sukhumvit, untuk menuju ke Sri Trat restaurant.. Sri Trat ini juga salah satu restaurant Thai food yang terkenal di Bangkok.. Di sini ga perlu pakai reservasi-reservasi-an.. Makanannnya juga enak dan in walkind distance to Terminal 21.. Jadi habis late lunch, kami balik lagi ke Terminal 21 dan lanjut shopping.. hahaha..

 

 

 Supanniga Eating Room

 

Sri Trat
 
 



Sore harinya, ternyata hujan, jadi kami skip ke Jodd Fair dan makan malam di Burn Busaba di Siam Paragon.. Kami pilih Burn Busaba karena awalnya penasaran tempatnya selalu ramai dan intip-intip makanan yang dipesan pengunjung lain, kok sepertinya enak.. Eh ternyata, beneran enak dan jadi salah satu makanan terenak selama 10 hari kami di Thailand.. Bahkan malam sebelum kami balik ke Indonesia, kami makan di sini lagi.. Menu favorit kami di sini ada Papaya Salad, Grilled Pork, Grilled Squid & Octopus, dll..

 

Siam Paragon
 

Burn Busaba @ Siam Paragon
 

 

Hari terakhir kami di Bangkok, kami habiskan dengan mengunjungi Chatuchak Weekend Market.. Akhirnya setelah beberapa kali ke Bangkok, baru kali ini kami mampir ke Chatuchak.. hahaha.. Jujur kami penasaran saja kenapa orang Indonesia suka sekali ke Chatuchak.. hahaha.. Tapi sebelum ke Chatuchak, kami makan dulu di Kub Kao Kub Pla di Central World.. Overall makanannya enak, tapi buat saya, taste-nya kurang Thai.. Cara paling cepat dan murah ke Chatuchak ya naik BTS atau MRT.. Kebetulan karena kami dari Siam, jadi kami pilih naik BTS.. Sampai Chatuchak, ternyata ramai banget.. Sama seperti di Platinum, di sini banyak terdengar Bahasa Indonesia, dan yang pasti banyak yang lagi live sambil jualan.. hahaha.. Kalau saya sih lebih senang belanja di Platinum atau di Siam ya.. Di sini panas dan banyak toko-toko yang masuk ke dalam-dalam dan itu sempit banget jalannya.. Bayangkan sudah panas dan harus mepet-mepet or desak-desakan sama pengunjung lain.. Tapi overall, boleh lah untuk dapat experience-nya, terutama buat yang baru pertama kali ke Bangkok..

 

 

Kub Kao Kub Pla @ Central World 

 

Chatuchak Weekend Market
 
 

 
 

 

Malam terakhir di Bangkok kami habiskan dengan berburu koper karena koper kami ternyata tidak muat.. Ga tanggung-tanggung, sampai beli 2 koper tambahan.. hahaha.. Sempat makan di restaurant favorit saya di Bangkok, Somtam Nua di Central World dan beli ice cream matcha zero sugar favorit saya di Kyo Roll En.. 

 

Somtam Nua @ Central World


 

Kyo Roll En @ Central World
 

 


 



 

Dikarenakan flight Thai Airways (TG) kami berangkat pukul 09.00 pagi, jadi jam 06.00 pagi kami sudah harus check-out.. Oh ya, buat teman-teman yang belanja banyak di Thailand, jangan lupa kalau kita bisa mendaptkan refund GST sebesar 7%.. Jadi setiap kali belanja di toko, bisa tanya saat di kasir.. Biasanya akan ada form yang perlu kita isi.. Minimal pembelannjaan di masing-masing toko adalah THB 2,000 dan maksimal harus dibawa meninggalkan Thailand 60 hari sejak tanggal pembelian barang.. Setibanya di airport, sebelum drop baggaga, bisa langsung ke counter GST Refund ini.. Biasanya petugas juga akan mengecek barang belanjaan kita secara random.. Btw, ini pertama kalinya kami naik TG.. Sayang TG belum ada rute ke Surabaya, jadi either turun di CGK atau DPS, atau seperti kami, transit di KL dan lanjut pakai Air Asia.. Overall, TG oke kok, walaupun dulu sempat kena financial crisis pas zaman pandemi.. Berangkatnya on time, service oke, inflight meals juga enak, dan toilet bersih (penting).. hahaha..

 

Customer Service tempat pengurusan refund GST
 

Suvarnabhumi Airport (BKK)
 

 
 

 
 

 
 

Kami landed di KLIA sekitar pukul 12.30.. Dikarenakan Air Asia beroperasi di KLIA2, jadi kami harus pindah terminal.. Cara paling convenient adalah naik KLIA Transit.. Jadi selain bisa menuju pusat kota (KL Sentral), kita juga bisa naik KLIA Ekspres / Transit untuk berpindah terminal di Kuala Lumpur International Airport.. Untuk rute KLIA-KLIA2 vv, tarif tiketnya  RM 2 saja.. Sampai pukul 17.00, semuanya berjalan dengan lancar, bahkan kami sudah duduk manis di gate.. Saya coba buka aplikasi Flight Radar di handphone saya, lho kok pesawat kami masih belum terbang juga dari Surabaya, padahal flight time SUB-KUL 2.5 jam.. Benar saja, tidak lama ada announcement bahwa flight kami reschedule ke pukul 20.00.. Masih okelah ya.. Eh ga lama kemudian, ada announcement lagi, flight kami rechedule ke jam 04.00 pagi.. Kami langsung shock dan lemas.. Ga kebayang harus "ngemper" di KLIA2 yang super ga nyaman.. Tidak nyamannya itu karena kursi terbatas, dan yang paling parah adalah karena sudah lewat Customs, jadi toko dan tempat makan itu terbatas.. Bahkan yang jual makanan dan minuman cuma ada 1 itupun cuma kopi instant dan mie cup.. Jadi kita harus minum dari water tap.. Airport Lounge jangan harap deh, close semuanya.. Saat itu KLIA2 memang belum sepenuhnya kembali normal seperti sebelum pandemi.. Saya complain dong ke GSA-nya Air Asia.. Ya sebenarnya percuma sih, karena saya paham betul bahwa mereka juga ga tahu apa-apa.. Saya curiga delay ini karena Juanda Airport di Surabaya yang sudah tutup.. International flight di Juanda kan memang ga sebanyak di Ngurah Rai atau Soetta.. Jadi airport juga ga buka 24 jam.. Beda sewaktu saya di Bali, mau landing pukul 2 or 3 pagi, masih oke.. Dan ternyata kejadian kayak gini, ga sekali dua kali.. Jadi begitu ada 1 sector yang delay dan pesawat ga bisa mengejar closing time di Juanda, jadi pesawat terpaksa menginap di Kuala Lumpur.. Saya bilang ke GSA-nya, saya mau reschedule flight saja.. Lebih baik saya ambil flight besok pagi, dan malam itu saya menginap di hotel.. Nah ini ternyata jadi kendala lagi.. Dikarenakan kami sudah melewati Imigrasi dan Customs, jadi kami harus void stamp keluar Malaysia kami.. Jadi ibaratnya kami tidak jadi keluar Malaysia.. Kami berempat akhirnya digiring ke kantor Imigrasi dulu.. Mama saya sudah pucat wajahnya, kirain bakal diinterogasi.. Tapi ternyata petugasnya baik-baik.. Yang lama itu nunggu manager on duty-nya Air Asia.. Karena mereka yang harus buat surat pernyataan.. Takutnya petugas imigrasi adalah semua penumpang flight yang sama dengan saya, bakalan melakukan hal yang sama, dan mereka bakalan pusing untuk administrasinya.. Ternyata kami berempat doang yang nekat minta masuk Malaysia kembali.. hahaha.. Saya naik Air Asia sudah puluhan kali, jadi paham betul dengan policy mereka, kalau ada reschedule dengan perbedaan jam keberangkatan lebih dari 4 jam, kita bisa request full refund or pindah ke flight lainnya, tanpa tambahan biaya, tapi based on seat availability.. Jadi karena pesawat kami delay sampai jam 03.20 pagi, otomatis kami eligible untuk opsi ini.. Ini jadi pengalaman kami yang tidak terlupakan.. Duduk manis di kantor imigrasi sampai 1.5 jam, sebelum akhirnya passport kami dapat stempel void cap keluar-nya.. Perjuangan ga sampai di situ, kami harus mengambil bagasi kami yang sudah terlanjur masuk.. Saya dan adik saya menunggu hampir 2 jam, karena ga gampang mencari bagasi yang sudah terlanjur masuk ke dalam container.. Oh ya, kami diberikan hotel gratis sebagai kompensasi dari Air Asia.. Lumayan dapat 2 kamar di Tune Hotel, yang lokasinya masih di seputaran KLIA2.. Tapi ya namanya hotel transit, couldn't expect too much.. Apalagi mami papi habis diajak menginap di hotel bintang 5, masuk Tune Hotel langsung ngomel-ngomel.. hahaha.. Tapi kami masih tetap bersyukur karena sejelek apapun Tune Hotel, masih lebih nyaman dibandingkan harus "ngemper" di gate selama berjam-jam dan hanya dapat kompensasi 2 x nasi kotak.. 

 

 

 

 

  

Keesokan harinya kami sudah harus check-out sekitar pukul 05.00.. Saya check di Fligh Radar, beneran flight kami sebelumnya berangkat di pukul 03.40.. Kemudian kami lanjut sarapan di Old Town White Coffee, tapi semua sudah ga nafsu makan dan pengen cepat-cepat sampai Surabaya.. Untungnya flight kali ini on time.. Saya sengaja pilih first flight karena first flight yang paling kecil kemungkinan untuk delay.. Akhirnya sekitar pukul 10.30 akhirnya kami landing dengan selamat di Surabaya.. Perjalanan kali ini ending-nya sungguh luar biasa.. Tapi di balik setiap peristiwa, seburuk apa pun, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil.. Ya walaupun adik saya sepertinya trauma dan minta jangan transit di KLIA2 untuk sementara waktu.. hahaha.. 

 



Sekian untuk travel diary edisi Thailand Trip 2022 ini.. See you on the next travel diaries..