Showing posts with label China. Show all posts
Showing posts with label China. Show all posts

Saturday, March 14, 2020

Pengalaman Interview Saat Apply Visa China


Prelude ~ Tulisan ini ditulis sebelum COVID-19 Outbreak.. Pada akhirnya saya batal berangkat ke China dan memilih destinasi lain.. Pengalaman ini tetap saya publish karena mungkin akan berguna di kemudian hari.. ^_^



Bulan Desember kemarin, saya kembali mengunjungi Chinese Visa Application Service Center (CVASC) Bali yang berlokasi di Grand Palace Hotel Sanur.. Pengalaman saya apply Chinese Visa di CVASC Bali tahun lalu sudah pernah saya ceritakan sebelumnya di sini ya.. Kali ini saya tentu datang dengan persiapan yang lebih matang dan optimisme yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.. hehehe..



Syarat pembuatan Chinese visa masih sama seperti tahun lalu, yaitu :

  1. Form Aplikasi Visa

Form Aplikasi Visa ini bisa di-download di sini dan diisi di computer, kemudian di-print.. Untuk yang apply di CVASC kota lain (selain Bali), bisa mengisi form ini secara online.. Bahkan bisa ambil nomer antrian secara online juga lho..
      2. Pas Foto
Dua buah Pas Foto dengan syarat dan ukuran yang bisa dilihat di sini.. Saya sarankan mencari tempat foto yang sudah terbiasa melayani pembuatan pas foto untuk apply visa..
     3. Passport Asli (with at least six months of remaining validity) dan Fotocopy Passport (yang di-fotocopy hanya halaman identitas)
   4.Fotocopy KTP dan Kartu Keluarga (kemarin fotocopy KTP-nya dikembalikan sama petugasnya)
 
      5. Fotocopy Tiket Pesawat dan Reservasi Hotel





Untuk biaya apply Chinese Visa jenis single-entry, biayanya sebesar 540k.. Lama proses pengajuan visanya adalah 8 hari kerja karena visa harus diproses di Konsulat-Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (untuk singkatnya saya sebut Konsulat China) di Surabaya..



Pagi itu saya datang bersama adik saya, dimana kami membawa 4 berkas pengajuan visa China, termasuk milik papa dan mama saya.. Setelah beberapa menit menunggu proses pemeriksaan dokumen, kaki saya langsung lemas begitu saya dipanggil ke counter, dan diinformasikan bahwa hanya 2 berkas pengajuan yang bisa diproses.. Jadi kendalanya adalah karena tidak ada stamp atau cap masuk di Imigrasi Indonesia ketika saya pulang dari Malaysia tahun lalu.. Waktu itu memang kami diarahkan untuk melewati auto-gate.. Padahal sebelumnya kami sudah mengantri di antrian Imigrasi seperti biasa.. Saya tidak menyangka ternyata lewat auto-gate jadi masalah ketika mau apply Chinese visa.. Untungnya saya dan adik saya hanya disuruh membuat surat pernyataan yang harus ditulis tangan dan direkam CCTV.. Suratnya sih ada contohnya ya, intinya menyatakan bahwa saya memang sudah kembali ke Indonesia per tanggal segini dan melalui auto-gate di bandara Ngurah Rai.. Alhasil papa dan mama saya juga harus datang ke CVASC karena surat tersebut tidak bisa diwakilkan secara harus direkam CCTV segala.. Jadinya pengajuan saya dan adik saya diproses terlebih dahulu.. Selang beberapa jam baru papa mama saya yang datang ke CVASC..



Saya mengajukan berkas pada tanggal 18 Desember 2019 dan Collection Date-nya adalah tanggal 31 Desember 2019.. Tanggal 23 Desember 2019 pukul 16.00, ada telepon masuk ke ponsel saya.. Nomer tidak dikenal, which is biasanya paling malas saya angkat karena keseringan tele-marketer bank atau asuransi.. hehehe.. Tapi berhubung ini nomer lokal (diawali dengan 0361), akhirnya saya angkat juga.. Ternyata dari CVASC Bali dan menginformasikan bahwa saya dan adik saya harus menghadiri interview di Konsulat China di Surabaya.. Seketika saya langsung lemas.. Interview?? Ke Surabaya?? Saya refleks bertanya ke staff CVASC Bali, alasan saya dipanggil interview.. Beliau ternyata tidak bisa menjelaskan secara keputusan sepenuhnya ada di Konsulat China di Surabaya.. Ibaratnya CVASC Bali ini hanya menyampaikan pesan dan instruksi dari Surabaya.. Saya akhirnya telepon ke Konsulat China di Surabaya, hasilnya nihil, intinya harus datang interview, titik.. Tidak ada opsi lain.. Sedihlah saya, sampai nangis segala lho.. Antara takut visa-nya tidak di-approve dan membayangkan biaya extra yang harus saya keluarkan untuk berangkat ke Surabaya.. Jadi saya diberi opsi jadwal interview di tanggal 27 Desember 2019 atau di tanggal 30 Desember 2019 dan harus menentukan pilihan sore itu juga.. Dokumen yang perlu dibawa hanya copy passport lama (jika ada) dan pas foto yang digunakan untuk apply visa China sebelumnya.. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil schedule interview di tanggal 30 Desember 2019 pukul 09.00 WIB..



Mengenai dokumen yang harus dibawa, untungnya saya meminta passport lama saya ketika memperpanjang passport saya.. Selain untuk kenang-kenangan, ternyata berguna juga ya si passport lama.. Untuk pas foto, saya harus ngubek-ngubek arsip dokumen di rumah, karena yang diminta pas foto yang digunakan untuk apply visa China sebelumnya.. Untungnya bisa dicetak ulang karena kebetulan CD-nya saya simpan..



Saya juga sempat browsing-browsing mengenai proses interview di Konsulat China, tetapi hasilnya nihil.. Masuk akal sih, karena visa China itu adalah salah satu visa yang paling mudah didapat karena persentase approve-nya itu tinggi banget.. Kecuali dokumen pendukungnya bermasalah ya.. Tapi jarang banget sih apply visa China sampai harus interview segala.. Dulu teman saya pernah diminta melampirkan dokumen tambahan seperti surat keterangan kerja, rekening koran, dan surat pernyataan, tapi tidak perlu datang interview.. That’s why saya stress banget menunggu tanggal 30.. Apalagi membayangkan tiket dan hotel yang sudah saya pesan di China..


Pagi itu tanggal 30 Desember 2019, saya sudah berangkat dari hotel tempat saya menginap sekitar pukul 07.45.. Saya sengaja memilih hotel di dekat Konsulat China di Surabaya.. Jalan kaki hanya sekitar 10 menit.. Ternyata kantornya itu berada di belakang kantor dinas Konsulat China-nya.. Bentuknya sih rumahan gitu, karena letaknya memang di perumahan di Pakir Argosari di Jalan Mayjend Sungkono.. Saya memang sengaja datang lebih awal, karena saya baca di salah satu forum di internet, ada yang telat 1 menit, dan interview-nya di-reschedule.. Kalau tinggal di Surabaya sih oke2 saja ya.. Lha masa saya harus bolak balik Denpasar-Surabaya.. hehehe..






Tepat pukul 08.45, saya dipersilahkan masuk oleh security yang berjaga.. Sebelumnya saya harus mengisi form kehadiran dan satu form berisikan identitas, seperti nama, nomer passport, jenis visa yang di-apply, dll.. Nah pas foto yang kita bawa itu bakalan ditempel di form ini.. Jadi sepertinya pas foto yang digunakan untuk apply visa kali ini pun boleh digunakan.. Kemudian saya dipersilahkan menunggu di ruang tunggu.. Untungnya security-nya sih baik ya.. Saya dan adik saya kan diantar oleh papa mama saya, dan papa mama saya dipersilahkan duduk di dalam juga.. Tapi ya gitu, mereka strict banget.. Papa saya mondar-mandir sedikit, sudah langsung didatangi dan dipersilahkan duduk.. wkwkwk..



Ternyata selain saya dan adik saya, ada 2 orang bapak-bapak yang juga diundang interview pagi itu.. Saya sempat berkenalan dengan salah satu bapak yang datang dari Malang.. Padahal bapak itu apply visa via travel agent lho.. Jadi apply via travel agent pun tidak menjamin proses pengajuan visa akan lebih mudah ya.. Si bapak katanya sudah sering bolak-balik China juga, tapi baru kali ini dipanggil interview.. Menurut security yang diajak ngobrol oleh papa saya, katanya ada peraturan baru semenjak 2 bulan yang lalu.. Jadi banyak yang dipanggil interview..



Sekitar pukul 09.15, adik saya dipanggil masuk ke dalam.. Oh ya, security-nya pas memanggil itu bukan sebut nama gitu.. Tapi bilang “baju merah” which is adik saya memang pakai baju merah pagi itu.. hahaha.. 10 menit kemudian, security-nya keluar lagi dan bilang “kakaknya silahkan masuk”.. wkwkwk.. Jadi proses interview-nya di depan loket gitu, bukan duduk di dalam ruangan.. Padahal saya sudah membayangkan saya bakal dimasukkan ke dalam satu ruangan kecil dan di-interogasi lama.. hahaha..  Interview-nya juga sebentar banget, kayaknya sekitar 10 menit per orang.. Pagi itu, yang meng-interview saya ada 2 orang dan mereka masih muda-muda gitu.. Jadi jauh dari kesan menakutkan sih.. hehehe..



Nah khusus untuk saya dan adik saya, pertanyaan pertama yang diajukan oleh mereka adalah perihal visa China jenis F saya di tahun 2018 kemarin.. Jadi visa China jenis F ini adalah visa khusus yang diterbitkan untuk pertukaran dan kunjungan.. Memang di bulan Oktober 2018, saya berangkat ke China sebagai salah satu participant dalam sebuah acara, sejenis kunjungan studi dan pertukaran pelajar, antara Universitas Udayana dan Universitas Sanming.. Jadi di awal-awal saya dan adik saya disuruh menjelaskan waktu itu kami ke mana saja, berapa orang yang ikut, dll..



Saya dan adik saya juga sempat diberi pertanyaan seperti ada keturunan Fujian kah (nama provinsi di China), ada keluarga di China kah,  bisa bahasa Mandarin kah, dll.. Kemudian pertanyaan beralih ke soal pekerjaan.. Pertanyaan standard sih, kerja dimana, bagian apa, sudah berapa lama, dll.. Tapi ada beberapa part yang menurut saya lucu juga kalau dipikir-pikir sekarang.. Berikut contoh percakapannya :
(S = saya, I = interviewer)

Part 1
I  :  Passport lama dibawa tidak?

S :  (menyodorkan passport lama)

I  :  Orang tua-nya?

      (Langsung panik karena saya tidak membawa passport kedua orang tua saya)

S :  Passport-nya atau orang-nya Pak?

I  :  Lho orang tuanya ada di sini juga?

S :  Iya Pak, lagi menunggu di depan

I  :  Oh sekalian liburan ya?

S :  Tidak Pak, ke Surabaya hanya untuk interview (dan saya tambahkan pandangan sinis hasil membayangkan jumlah uang yang harus saya keluarkan untuk beli tiket pesawat di saat high season begini, lol)

I  :  (langsung terdiam)                 



Part 2

I  :  Ini katanya sudah kerja 4 tahun, tapi kok 2018 bisa ikut acara kampus ke Sanming?

S :  Saya kuliah 3x Pak

I  :  Oh kuliah S2 ya?

S :  Tidak Pak, saya pertama kali kuliah S1 Manajemen, kemudian bla bla bla

I  :  oohhh, oke

S :  (tersenyum puas)


Part 3

I  :  ini pergi ke China berdua saja dengan adiknya?

S :  tidak Pak, dengan kedua orang tua juga, hanya saja saat pengajuan berkas terpisah

I  :  kenapa bisa terpisah?

S : karena papa mama saya datangnya menyusul belakangan karena harus membuat surat pernyataan. Ini saya bawa tanda terimanya dua-dua kok Pak, perlu saya keluarkan Pak?

I  :  oh, tidak tidak




Sekitar pukul 09.30 WIB, proses interview pun selesai.. Oh ya, interviewer-nya juga menginformasikan bahwa visa saya dan adik saya mungkin akan terlambat tiba di Bali karena harus dikirim dari Surabaya ke Bali.. Saya sih tidak masalah karena tanggal keberangkatan saya masih 1 bulan lagi.. Kalau Bapak yang dari Malang itu, beliau mau berangkat tanggal 3 Januari, jadi waktunya mepet banget.. Saran saya lebih baik apply visa-nya jauh-jauh hari alias jangan terlalu mepet dengan tanggal keberangkatan..



Keesokan harinya, tanggal 31 Desember 2019, saya sedang jalan-jalan di Pasar Atum, dan tiba-tiba ada telepon masuk dari CVASC Bali.. Jadi ternyata passport saya dan adik saya sudah bisa diambil.. Saya langsung “nodong” bapaknya, Pak, boleh minta bocorannya ga, visa saya di-approve atau tidak?”.. Bapaknya hanya tertawa dan menjawab “sudah”.. Ah hati saya rasanya langsung plong.. Tidak sia-sia juga jauh-jauh ke Surabaya, akhirnya di-approve juga visa China saya.. Anyway, saya juga harus meng-apresiasi CVASC Bali.. Dari awal mereka sudah helpful banget, apalagi melayani pertanyaan saya yang rada cerewet ini.. Bapaknya juga sempat mengingatkan saya untuk jangan sampai telat datang interview lho..



Tips dari saya buat teman-teman yang dipanggil interview.. Yang pertama adalah datang lebih awal.. Kita kan tidak pernah tahu apakah di jalan macet atau tidak, belum lagi harus menemukan lokasi interview.. Saya sendiri, satu hari sebelumnya sudah check lokasi interview, di kota orang soalnya, daripada nyasar kan ya.. Yang kedua adalah mempersiapkan dokumen yang diminta.. Kebetulan saya hanya diminta membawa copy passport lama dan pas foto.. Tapi saya juga membawa passport lama saya yang asli dan akhirnya saat interview juga diminta.. Untuk tiket, reservasi hotel dll, saya hanya membawa dalam bentuk softcopy dan saat interview memang tidak diminta.. Last but not least, adalah menjawab pertanyaan dengan yakin dan percaya diri.. Prinsip saya, saya tidak berbohong, tidak pernah bermasalah dengan hukum, semua berkas juga lengkap, jadi buat apa harus takut.. Jawab saja apa adanya, dengan yakin dan tegas sehingga tidak menimbulkan pertanyaan lainnya.. Kalau grogi yang ada malahan pikiran jadi blank dan tidak bisa menjawab pertanyaan.. Ujung-ujungnya malah dicurigai kan ya..



Jadi buat teman-teman yang lagi proses pengajuan visa China dan harus interview, semoga sharing saya ini bisa berguna ya.. Jiayou demi melihat The Great Wall di Beijing, shopping di Nanjing Road di Shanghai, atau makan dimsum di Guangzhou.. hahaha..
 

Thursday, July 4, 2019

Traveling Mandiri (tanpa paket tour / travel agent) ke China / Tiongkok?? Siapa Takut!!



Berhubung banyak yang bertanya kenapa saya berani traveling ke China / Tiongkok tanpa ikut tour (paket tour), jadi saya kepikiran untuk menulis post ini.. Tapi beneran lho, setiap kali cerita ke saudara atau teman, comment atau pertanyaan yang sering saya dapatkan adalah “beneran ga pakai tour?”, “kok berani sih??”, “ga takut nyasar??”, “memang bisa Bahasa Mandarin?”, dan seterusnya.. Saya bingung juga harus menjawab apa.. hahaha.. Lha wong memang dari pertama kali traveling, saya tidak pernah ikut tour.. Traveling bareng rombongan saja baru sekali sewaktu ikut acara kampus.. Sisanya ya traveling mandiri alias semua diurus sendiri.. hahaha..

Buat saya, traveling ke China sama saja dengan traveling ke negara lain yang non-English-speaking countries, seperti Thailand, Vietnam, dan Cambodia.. Destinasi-destinasi ini terlihat lebih “menantang” karena permasalahan bahasa saja.. Apalagi orang China memang terkenal tidak bisa ber-bahasa Inggris.. Makanya banyak orang memutuskan untuk ikut paket tour.. Semua sudah diatur dan disiapkan, jadi hanya perlu duduk manis saja.. Tapi buat saya, keseruan traveling itu justru dimulai saat menyusun itinerary.. Browsing-browsing mengenai tempat wisata yang mau dikunjungi, kuliner lokal apa saja yang ingin dicicipi, sampai mempelajari peta dan rute MRT, semuanya buat saya adalah hal yang seru dan menantang banget.. Lagian saya juga merasa wasting time banget kalau harus ikut agenda wajib ke toko-toko yang selalu disisipkan di sela-sela jadwal tour.. Belum lagi harus “terpaksa” mengikuti schedule yang terkedang melelahkan itu.. Enakan jalan sendiri, bisa mengatur sendiri mau bangun jam berapa dan mau kemana saja.. hehehe..

Selain persoalan bahasa, hal lain yang menyebabkan orang lebih banyak memilih ikut tour adalah wilayah negara China yang luas banget itu.. Selain wilayahnya yang luas, tempat wisatanya juga banyak.. Kalau mau dikunjungi semua, tentu memerlukan transportasi yang memadai.. Sedangkan kalau ikut tour kan semua sudah disiapkan, mulai dari bus, kereta, dan penerbangan domestic antar kota di China.. Seperti teman kantor saya yang baru pulang berlibur ke China.. Dia ikut paket tour dan diajak berkeliling 4 kota di China, yaitu Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan Suzhou..

Tapi di balik semua alasan yang saya sebutkan di atas, tetap memungkinkan kok traveling ke China tanpa ikut tour.. Malahan justru lebih seru dan menantang kalau menurut saya.. Memang sih bakalan lebih “repot” dibandingkan dengan ikut tour.. Tapi menurut saya masih sebanding kok, apalagi sisa budget-nya kan bisa kita gunakan untuk shopping-shopping.. hahaha..

Beberapa tips yang bisa saya bagikan buat teman-teman yang mau traveling ke China tanpa ikut tour : 

       1.   Apply Visa China
Berhubung traveling-nya tanpa ikut tour, jadi kita punya 2 opsi untuk pengurusan Visa China.. Kita bisa apply sendiri ke CVASC (Chinese Visa Application Service Centre) atau menggunakan jasa travel agent.. Buat teman-teman yang berdomisili di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bali, saya sarankan langsung apply ke CVASC saja.. Dikarenakan di empat kota tersebut sudah dibuka CVASC.. Pengalaman saya apply Visa China di CVASC Bali sudah pernah saya post di sini ya.. Yang jelas tidak pakai ribet dan ngantri sama sekali.. Untuk teman-teman yang berdomisili di luar empat kota yang saya sebutkan tadi, terpaksa harus menggunakan jasa travel agent.. Sebagai perbandingan, selisih biaya pengurusan Visa China antara apply sendiri dan menggunakan jasa travel agent berkisar antara 100k – 450k..


 CVASC Bali (Jl. Bypass Ngurah Rai Sanur)


            2.   Internet Connection is a Must
Kalau traveling ke China tanpa ikut tour, koneksi internet adalah hal yang wajib ya.. Mau beli paket roaming boleh.. Bawa pocket WIFI juga boleh.. Kalau beli sim card local sih tidak saya sarankan ya.. Karena selain harganya mahal, prosesnya juga ribet.. Saya pribadi lebih suka beli paket roaming.. Memang lebih mahal, tapi jauh lebih simple karena tidak perlu pakai VPN segala.. As we all know, beberapa aplikasi dan situs tertentu itu diblokir di China.. Celakanya yang diblokir itu kebanyakan yang bakalan kita pakai selama traveling, seperti Google Translate, Google Maps, Gmail, Instagram, Whatsapp, dll.. Untuk pengguna Telkomsel seperti saya, tersedia paket roaming mulai dari 120k (3 hari – 1GB)..


Paket Roaming Tekomsel 7 Hari



       3.   Plan Your Trip and Make Itinerary
Merencanakan perjalanan dan membuat itinerary itu sangatlah penting ketika kita traveling mandiri alias tanpa ikut tour.. Apalagi kalau liburannya ke China yang kota-kotanya itu besar dan luas banget.. Kalau tidak direncanakan dengan baik, bisa-bisa wasting time dan ujung-ujungnya tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi atau malah melewatkan tempat keren yang seharusnya dikunjungi.. Berbekal itinerary yang di-planning dengan baik, kita bisa memanfaatkan waktu dengan baik.. Beberapa tempat wisata yang letaknya berdekatan, bisa sekalian dikunjungi dan kalau punya waktu lebih bisa juga mampir ke kota lain yang jaraknya berdekatan.. Pengalaman saya ketika berkunjung ke Guangzhou awal tahun ini, waktu 3 hari itu sangat kurang.. Padahal saya selalu keluar hotel pagi hari dan baru kembali saat malam hari.. Tapi tetap saja selalu kejar-kejaran dengan waktu karena begitu banyak tempat yang ingin dikunjungi.. Selain itu, lokasi tempat wisata yang berjauhan juga harus diperhitungkan karena otomatis akan banyak menghabiskan waktu di jalan.. Kalau berlibur ke China pun saya sarankan langsung dalam waktu yang cukup lama, misalkan seminggu.. Karena kalau 3 hari, tidak bakalan cukup.. Seperti di Guangzhou, kalau mau mengunjungi semua pusat perbelanjaan seperti Baima dan kawan-kawannya itu, kayaknya perlu waktu berminggu-minggu.. hahaha..


       4.   Public Transport in China
Untungnya public transport di China itu sangat bisa diandalkan, termasuk untuk para wisatawan.. Sebagian besar kota di China sudah di-support oleh Metro atau Subway yang mirip dengan MRT kalau di Jakarta, Singapore, dan KL.. Semua petunjuk, termasuk map, tersedia dalam versi Bahasa Inggris-nya juga.. Jadi no worries at all.. Di website resmi Metro masing-masing kota juga sudah tersedia menu “journey planner”.. Jadi kita bisa tahu kalau dari tempat A mau ke tempat B harus naik Metro line apa dan turun di station mana, lengkap dengan exit yang harus dipilih dan tarifnya.. Kalau bakalan sering naik Metro, saya sarankan membeli tiket jenis one-day-pass atau three-day-pass.. Berbekal tiket harian seperti ini, kita bisa sepuasnya naik Metro dan yang terpenting tidak perlu antri di machine ticket setiap kali ingin naik Metro..

Kondisi Metro-nya juga bersih dan nyaman kok.. Walaupun peak hours, Metro-nya tidak penuh-penuh banget seperti di Singapore dan Bangkok yang sampai berdesak-desakan itu.. Hanya saja, untuk yang traveling dengan orang tua, harus dipertimbangkan kalau mau naik Metro.. Alasan pertama, tidak di semua exit tersedia escalator atau lift.. Jadi harus naik atau turun tangga manual.. Alasan kedua, untuk menuju Metro itu terkadang harus jalan lumayan jauh karena melewati lorong-lorong yang panjang.. Saya yang muda begini saja kadang merasa hopeless melihat lorong-lorong panjang itu, terutama ketika malam hari di saat betis saya sudah menyerah dipakai jalan seharian.. hahaha..


 Metro in Shenzhen


Ada yang penasaran dengan Grab di China?? Di China ada yang namanya DiDi.. DiDi ini ya bisa dibilang Grab versi China.. Sayangnya kita sebagai tourists belum bisa menggunakan DiDi karena DiDi hanya menerima pembayaran menggunakan AliPay atau WeChatPay (atau platform digital payment lainnya).. Sedangkan salah satu syarat untuk memiliki account di AliPay dan WeChatPay adalah memiliki account bank China.. Jadi kesimpulannya ya kita tidak bisa menggunakan DiDi ini.. Opsi lainnya adalah taxi.. Awalnya saya ragu untuk naik taxi karena takut tarifnya mahal atau kena scam.. Ternyata setelah dicoba, tidak semahal yang saya bayangkan.. Sama saja dengan tarif taksi di Indonesia.. Driver-nya juga baik-baik kok, walaupun sempat ketemu satu driver yang tidak mau menggunakan argo.. Semenjak itu, saya jadi sering naik taxi karena kalau keseringan naik Metro, kasihan papa-mama saya yang usianya sudah tidak muda lagi.. hahaha..

Bus kota sebenarnya juga bisa diandalkan.. Sayang buat yang tidak bisa berbahasa Mandarin seperti saya ini, kesulitannya adalah membaca rute dan nomer bus yang melayani rute yang ingin kita naiki.. Padahal tarif bus di China itu murah meriah lho.. Di kota besar biasanya 2 RMB atau sekitar IDR 4k dan di kota kecil biasanya 1 RMB atau sekitar IDR 2k saja..


Public Bus in Sanming


       5.   China's High Speed Trains
Sudah sampai di China, rugi banget kalau tidak mampir ke banyak kota.. Apalagi kini di China tersedia high speed trains (bullet trains) yang melayani berbagai rute antar kota dan daerah.. High speed trains kebanggaan China ini adalah salah satu yang tercepat di dunia, dengan kecepatannya yang bisa mencapai 350 km/h.. Ada sekitar 2800 pairs trains yang beroperasi setiap hari, menghubungkan 550 kota yang ada di China.. 

Naik high speed trains menurut saya jauh lebih convenient dibandingkan pesawat, tentunya dengan harga yang jauh lebih murah.. Misalkan untuk rute Xiamen – Guangzhou, harga tiket kereta kelas First Class sekitar IDR 800k dengan waktu tempuh 4 jam.. Sedangkan harga tiket pesawat mulai dari IDR 1.5juta dengan waktu penerbangan 1 jam plus 2 jam waktu tunggu di airport..

Kereta-kereta ini tersedia dalam 3 pilihan kelas, yaitu Second Class, First Class, dan Business Class.. Kalau untuk durasi yang singkat sekitar 1-2 jam, Second Class sudah cukup nyaman.. Untuk perjalanan dengan durasi di atas 2 jam, mungkin bisa memilih First Class yang seat-nya lebih lebar sehingga lebih nyaman.. Kalau kelas Business Class-nya, sudah mirip dengan Business Class di pesawat, dengan seats yang bisa diubah menjadi 3 posisi, yaitu seated, reclining, dan lie-flat..


 Train C7074 - Shenzhen to Guangzhou


Beberapa rute favorit yang bisa ditempuh menggunakan high speed trains, antara lain Beijing–Shanghai–Hangzhou, Shenzhen-Guangzhou, Xiamen–Fuzhou, dan masih banyak lagi.. Untuk booking tiket kereta, tidak saya sarankan beli on-the-spot ya.. Apalagi untuk rute-rute sibuk dan favorit seperti Beijing – Shanghai.. Penjualan tiket kereta akan dibuka 14 hari sebelum keberangkatan.. Untuk pembelian online sebenarnya bisa dilakukan di website resmi China Railway di 12306.cn.. Sayangnya untuk melakukan pembelian di website ini, kita harus memiliki nomer telepon local, jadi sebagai tourists otomatis kita tidak bisa melakukan pembelian di website ini.. Hal ini yang kemudian menyebabkan banyak situs di internet yang menawarkan “jasa” untuk membelikan tiket kereta, tentunya dengan sejumlah fee yang harus kita bayar.. Dari sekian banyak situs yang ada, yang paling saya rekomendasikan adalah Trip.com.. Trip.com ini ibarat Traveloka atau Tiket.com versi China.. Jadi ada aplikasi yang bisa di-install di smartphone juga.. Untuk booking fee-nya, nominalnya bervariasi tergantung pada harga tiketnya.. Biasanya berkisar antara 2 – 5 USD per tiketnya.. Jadi setelah booking, kita hanya perlu membawa bukti & kode booking ke railway station atau ticket office terdekat untuk ditukarkan dengan tiket kereta.. Pembayarannya pun bisa menggunakan credit card jadi tidak perlu repot-repot bawa CNY dan beli langsung di railway station..

   
6.   Learning Chinese Language
Walaupun mata saya sipit, sayangnya saya tidak bisa berbahasa Mandarin.. hahaha.. Berhubung orang China dikenal dengan kemampuan Bahasa Inggris-nya yang kurang, jadi satu-satunya cara ya kita yang belajar Bahasa Mandarin.. hahaha.. Walaupun ada Google Translate, sekedar belajar cara mengucapkan "terima kasih", "halo", "harganya berapa", kan tidak ada salahnya.. Berdasarkan pengalaman saya, orang-orang lokal yang saya temui akan lebih respect dan ramah ketika kita bertanya menggunakan Bahasa Mandarin dibandingkan Bahasa Inggris.. Jadi selama di China, saya belum pernah bertemu dengan orang local yang judes atau cuek ketika ditanyai sesuatu.. Padahal Bahasa Mandarin saya juga ala kadarnya kok.. Sebagai contoh kalau saya kebingungan mencari suatu tempat, biasanya saya menunjukkan foto tempat tersebut, sambil menambahkan kalimat “zài nǎlǐ?" yang artinya "dimana?".. Surprisingly it works all the time.. hahaha..

Beberapa kata yang bisa dihafalkan sebelum traveling ke China antara lain :
·         Hello   :  Nǐ hǎo        
·         Good Morning   :  Zǎoshang hǎo
·         Thank you   :   Xièxiè
·         How are you?   :   Nǐ hǎo ma?
·         How much is this?   :   Zhège duōshǎo qián?
·         What is this?   :   Zhè shì shénme?
·         I want to go to…   :   Wǒ yào qù...
·         Where is …?   :   ...zài nǎlǐ?
·         I’m sorry   :   Duìbùqǐ
·         Where is toilet?   :   Cèsuǒ zài nǎlǐ?


7.   Bring Cash & ATM
Saat ini di China, orang local kebanyakan menggunakan platform digital payment untuk transaksi jual-beli sehari-hari, entah itu AliPay, WeChatPay, dll.. Sayangnya kita sebagai travelers, belum bisa menikmati kemudahan ini.. Satu-satunya cara ya menggunakan uang cash.. Lucunya kadang saya menemukan penjual yang kesulitan mencari uang kembalian saat saya membayar belanjaan saya dengan uang cash.. Jadi sepertinya pembeli lain hampir semuanya membayar menggunakan AliPay atau WeChatPay.. Kalau uang cash saja sudah jarang digunakan, apa kabar kartu kredit?? Saya hanya pernah menggunakan kartu kredit di hotel tempat saya menginap untuk membayar deposit.. Kalau saya lihat di toko-toko dan supermarket, sudah tidak ada jejeran mesin kartu kredit seperti di Indonesia.. Dikarenakan uang cash sebagai satu-satunya pilihan pembayaran yang bisa kita gunakan, jadi pastikan membawa uang dalam RMB atau CNY dalam jumlah yang cukup ya.. Money changer sendiri tidak banyak saya temukan di China, kecuali di airport.. Kalau kepepet, bisa mengambil uang tunai di ATM.. Jadi pastikan membawa kartu ATM yang berlogo Visa, MasterCard, UnionPay, dll..


 RMB / CNY


8.   Toilet in China (prepare yourself, lol)
Banyak orang Indonesia, at least yang saya temui, berpikir 2 kali ketika mau traveling ke China.. Kebanyakan alasannya adalah karena cerita dan isu yang berkembang, terutama mengenai joroknya toilet di China.. hahaha.. Saya sendiri termasuk yang sudah parno duluan ketika mau pertama kali berangkat ke China.. Duh pokoknya cerita-cerita yang saya dengar itu seram-seram banget.. Apalagi saya orangnya memang agak rewel urusan per-toilet-an.. Turned out, saya berhasil kok survived selama 3 hari di China walaupun setiap hari harus menemukan aneka kondisi toilet, mulai dari yang bersih banget sampai yang kotor banget.. hahaha..

Kalau dipikir-pikir sih, tidak seseram yang dibayangkan kok.. Sama saja seperti di Indonesia.. Ada yang kotor, ada juga yang bersih.. Berdasarkan pengalaman saya, semakin modern kota yang dikunjungi, maka toiletnya akan semakin bersih.. Semakin ke pedesaan, maka toiletnya juga cenderung lebih kotor.. Saya pernah kok masuk ke toilet di SPBU di China.. Kondisinya sama saja seperti toilet di SPBU di Indonesia.. Kebanyakan toilet yang kotor itu, selain tidak disiram, baunya juga "semerbak" banget.. Saya sampai bercanda dengan adik saya, jangan-jangan Harpic dan Porstex itu tidak laku di China.. hahaha..

Beberapa tips dari saya untuk masalah per-toilet-an di China.. Tips pertama, bring your own tissue.. Hampir semua toilet di China itu tidak menyediakan tissue (kecuali di hotel dan tempat eksklusif), jadi lebih baik bawa sendiri.. Hampir semua toilet di China juga tidak ada bidet atau hand shower-nya, jadi tissue basah juga wajib dibawa ya.. hahaha.. Tips lainnya adalah menghindari toilet-toilet di tempat wisata yang biasanya lebih ramai dan kotor.. Biasanya saya mencari toilet di mall-mall, yang tentu saja lebih modern dan lebih bersih.. Untuk toilet terkotor yang pernah saya temukan di China, rekornya masih dipegang oleh Ninghua di Sanming dan Tianzi Wharf di Guangzhou.. hahaha..



Semoga dari beberapa tips yang saya bagikan di atas, bisa berguna buat teman-teman yang mau traveling ke China ya.. Kalau beberapa orang yang saya kenal, mengaku kapok ke China dan tidak mau balik lagi, saya termasuk kelompok yang tidak kapok.. hahaha.. China has so much to offer.. Thanks to its size, China offers limitless places to explore, great variety food to taste, thousand years of culture, numerous places to shop (from shopping streets to large-scale modern shopping malls), and many more.. China is also a safe country to travel.. Destinasi-nya pun banyak banget.. Yang doyan belanja, bisa pergi ke Shenzhen dan Guangzhou.. Yang doyan alam, bisa pergi ke Guilin dan Zhangjiajie .. Yang doyan sejarah dan kepengen melihat Great Wall, bisa pergi ke Beijing.. Yang doyan ke Disneyland dan kota metropolitan, bisa pergi ke Shanghai.. hehehe..

I ended up falling in love and can't wait to go back to China.. So, let's visit China..