It’s our third day in Guangzhou
and sadly our last day in China as well.. Empat hari di China sungguh tidak
terasa.. Guangzhou itu kotanya besar banget, kayaknya perlu waktu seminggu baru
bisa benar-benar meng-explore kotanya.. hehehe.. Masih dalam rangkaian perayaan anniversary
mama-papa saya yang ke 30 tahun, kami mengawali hari itu dengan mengikuti misa pagi
di gereja.. Di Guangzhou sendiri tidak
banyak terdapat Gereja Katolik.. Salah satu Gereja Katolik yang ada, sekaligus menjadi yang terbesar dan paling terkenal di kota Guangzhou adalah Sacred Heart Cathedral..
Sacred Heart Cathedral memiliki
nama resmi Cathedral of the Sacred Heart of Jesus dan lebih dikenal oleh orang
local sebagai Stone House atau Shíshì.. Sacred
Heart Cathedral ini berlokasi di Yide Lu (Yide Road), tak jauh dari Haizhu
Square di Yuexiu District.. Gereja ini juga dijuluki sebagai “Notre Dame of East
Asian” dengan arsitekturnya yang bernuansa gothic dan terbuat dari granite..
Sacred Heart Cathedral ini juga menjadi salah satu dari empat
all-granite-churches yang ada di dunia.. Tak heran, gereja yang berumur lebih
dari 130 tahun ini, tidak hanya menjadi tujuan bagi umat Katolik yang ingin
beribadah, tetapi juga bagi para wisatawan..
Sacred
Heart Cathedral
Untungnya Sacred Heart Cathedral
ini memiliki banyak jadwal Misa (Mass Time).. Misa Harian (weekdays) diadakan
pada pukul 06.45 dan menggunakan Bahasa Canton (Cantonese).. Hari Sabtu ada 2
kali Misa, yaitu pukul 16.00 (Korean) dan 19.30 (Mandarin).. Sedangkan di Hari
Minggu-nya ada 4 kali Misa, yaitu pukul 06.30 (Cantonese), 08.30 (Cantonese),
10.30 (Mandarin), dan 15.30 (English).. Selain itu, Sacred Heart Cathedral juga
dibuka untuk pengunjung setiap harinya dari pukul 08.00 – 17.30..
Sacred
Heart Cathedral - Opening Hours & Mass Times
Berhubung sekalian mau mengucap
syukur atas anniversary papa-mama saya, jadi kami memilih untuk ke gereja saat
tanggal 7 paginya, yang jatuh di hari Senin.. Dikarenakan jadwal Misa Harian
yang dimulai pukul 06.45, kami memilih naik taxi ke Yide Lu.. Kalau mau naik
Metro, bisa juga.. Turunnya di Haizhu Square Metro Station dan dilanjutkan
dengan jalan kaki sekitar 10 menit.. Biaya naik taxi dari Tianhe District ke Sacred
Heart Cathedral sekitar 35 RMB saja..
Surprisingly, Sacred Heart
Cathedral ini bagus banget.. Salah satu Gereja Katolik paling cantik yang
pernah saya kunjungi.. Gereja-nya cukup besar serta di-design dengan sangat indah.. Misa-nya
sendiri berlangsung dengan singkat karena hanya Misa Harian.. Umat yang datang juga
lumayan banyak padahal langit Guangzhou masih gelap pagi itu.. Satu hal lagi
yang sangat berkesan dari Sacred Heart Cathedral ini adalah dingin-nya..
Berhubung Sacred Heart Cathedral ini terbuat dari granite, jadi di dalam
bangunan gereja itu malah terasa super dingin.. Apalagi ditambah dengan
cuaca kota Guangzhou yang saat itu memang sedang dingin-dinginnya.. Saya sukses
kedinginan dong.. Benar-benar kedinginan yang sampai menggigil gitu.. Sepertinya selama 4 hari di China, ya di Sacred Heart Cathedral
ini saya baru merasakan yang namanya kedinginan.. Beruang kutub dari Bali kalah
juga dengan dinginnya Sacred Heart Cathedral.. hahaha..
(picture taken from Wikipedia)
(picture taken from Wikipedia)
Kalau berkunjung ke Sacred Heart
Cathedral sewaktu siang atau sore hari,
kita bisa sekalian mampir ke Haizhu Market, Onelink International Plaza, dan
beberapa tempat belanja di seputaran Haizhu Square.. Berhubung hari itu masih
pagi, jadi belum ada yang buka, jadi kami memutuskan untuk
mencari breakfast saja.. Membicarakan tentang kuliner Guangzhou, maka yang pertama kali terlintas di pikiran pastinya Dimsum.. Dimsum
atau Diǎnxīn, konon memang
berasal dari Canton atau Guangzhou.. Oleh karena itu dikenal istilah “Yum Cha”
yang merupakan tradisi orang Cantonese dimana mereka menikmati Dimsum dengan
ditemani segelas teh (tea).. Yang jelas, Dimsum ala Cantonese memang diakui oleh banyak
orang sebagai yang terlezat di seluruh dunia.. Dimsum di Guangzhou sendiri dapat
dengan mudah kita temui di seluruh pelosok kota, mulai dari yang dijualnya
di pinggir jalan dengan gerobak sampai yang kelas restaurant..
Berhubung hari itu hari yang
istimewa, maka kami memilih menyantap Dimsum di salah satu restaurant Dimsum
paling terkenal di kota Guangzhou, Diǎn Dōu Dé (点都德).. Nama Diǎn Dōu Dé sendiri memiliki arti “everything is possible”.. Jadi kalau biasanya restaurant-restaurant
hanya menyajikan menu Dimsum di pagi hari, Diǎn Dōu Dé menyajikan menu Dimsum
all day long, jadi pengunjung dapat menikmati Dimsum kapan pun mereka mau.. Ada
lebih dari 100 menu Dimsum di Diǎn Dōu Dé dan semuanya dijadikan fresh.. Diǎn
Dōu Dé saat ini memiliki sekitar 25 cabang (according LonelyPlanet) yang tersebar di seluruh penjuru Guangzhou..
Dari segi harga pun, menurut saya masih reasonable.. Tak heranlah kalau banyak
orang rela antri untuk dapat menikmati Dimsum di Diǎn Dōu Dé ini..
Dari beberapa cabang Diǎn Dōu Dé
yang ada, saya memilih pergi ke Diǎn Dōu Dé Ju Fulou di Huifu Dong Lu (Huifu
East Road).. Alasannya karena Diǎn Dōu Dé Ju Fulou ini yang lokasinya paling
dekat dengan Sacred Heart Cathedral.. Kami jalan kaki lho, jaraknya sekitar
1.2km.. Tapi karena cuacanya dingin, jadi ga berasa capek sama sekali.. hehehe..
Seru juga karena kami bisa melihat keseharian masyarakat Guangzhou yang pagi
itu didominasi oleh anak sekolah dan para pekerja kantoran..
Diǎn Dōu Dé Ju Fulou
Ada untungnya juga sih ke Diǎn
Dōu Dé sewaktu weekdays.. Kami bisa mendapatkan meja tanpa harus mengantri..
Berbeda di saat weekend, dimana pengunjung harus sabar mengantri karena bakalan
ramai banget.. Tapi persoalan muncul ketika kami diberikan daftar menu.. Jadi
kita sebenarnya hanya perlu menuliskan jumlah porsi di samping menu Dimsum yang
ingin dipesan.. Tapi masalahnya semua menunya itu ditulis dalam Chinese
Character alias Hànzì.. Adik saya sudah coba
menggunakan Google Translate, tapi masa iya menunya ratusan begitu dan kami
harus translate satu-satu.. Staff di Diǎn Dōu Dé juga sama sekali tidak bisa
berbahasa Inggris.. Coba menggunakan Google Translate, terkadang apa yang diucapkan tidak selalu berhasil diterjemahkan dengan benar oleh si mbah Google.. Untung saja
staff-staff di Diǎn Dōu Dé ini ramah-ramah dan helpful banget.. Ada satu
mbak-mbak yang handle meja kami, dia dengan sabar menjelaskan berulang-ulang
kali kepada kami.. Ya secara kemampuan Bahasa Mandarin kami kan cetek banget.. hahaha.. Si mbak akhirnya punya jurus jitu, dia menunjukkan
foto-foto makanan yang ada di smartphone-nya.. Jadi kalau kami mau pesan, tinggal tunjuk fotonya dan sebutkan mau berapa porsi.. Cuma ya gitu, tidak semua menu ada fotonya.. Apalagi saat saya mau
memesan lagi, tidak diperbolehkan sama mbak-nya.. Mbak-nya bilang, jangan pesan
banyak-banyak, nanti kalau kurang, bisa pesan lagi.. hahaha.. Mungkin
dipikirnya ini orang dari mana, rakus amat ya semua mau dipesan.. Jujur kami
memang super kelaparan pagi itu.. wkwkwk.. Oh ya, sebagai teman makan Dimsum, ada 5 jenis teh yang bisa dipilih pengunjung, yaitu Black Tea, Guanyin Tea,
Chrysanthemum Tea, Luo Han Guo, dan Puer Tea.. Untuk teh-nya sendiri dikenakan charge mulai dari 6-8 RMB per orangnya..
menu di Diǎn Dōu Dé Ju Fulou
pilihan teh
Di Diǎn Dōu Dé sendiri ada lebih dari 100
menu Dimsum yang bisa dipilih, mulai dari yang jenisnya steamed dimsum, fried dimsum, bāo
(roti), congee (bubur), dan traditional dessert.. Kebanyakan menu yang kami
pesan adalah yang direkomendasikan sama mbak-nya.. Sebagai starter, kami
memesan Cakwe atau Yóutiáo, Congee atau
Bubur, dan Sayuran yang mirip selada.. Cakwe-nya enak, very crispy dan airy.. Bubur-nya
lumayan walaupun bukan favorit saya.. Sayurannya well-cooked tapi sangat sangat
berminyak.. Minyaknya itu sampai menetes keluar dari mulut saya saking
banyaknya..
Cakwe / Yóutiáo (7 RMB)
Mussel Congee (17 RMB)
Vegetables (17 RMB)
Untuk menu Dimsum, kami memesan Red
Rice Sausage atau Hóng Mǐ Cháng, Shrimp Dumpling atau Xiā Jiǎo, BBQ Pork Bun
atau Chāshāo Bāo, Shumai atau Shāomai, Chicken Feet atau Fèng Zhuǎ, dan Steamed
Dumpling atau Xiǎo Lóng Bāo.. Red Rice Sausage atau Hóng Mǐ Cháng adalah menu
yang paling direkomendasikan di Diǎn Dōu Dé.. Jadi ini adalah rice noodle rolls
yang berwarna merah dan ditengahnya diisi udang goreng crispy.. Disajikannya
dengan 2 macam dipping sauce.. Menu yang satu ini memang unik secara tekstur dan rasanya juga enak.. Tak
heran menu ini menjadi everybody’s favorite.. Next adalah Shrimp Dumpling atau Xiā Jiǎo, yang kalau di Indonesia lebih
dikenal sebagai Hakau.. Hakau versi Diǎn Dōu Dé ini lumayan enak, walaupun saya
lebih suka versinya Tai Tong di Penang (read here)..
Isian udangnya sih sama-sama fresh dan berlimpah.. Hanya saja Hakau versi Tai
Tong itu kulitnya lebih tipis, tidak tebal seperti versinya Diǎn Dōu Dé.. Steamed
Dumpling atau Xiǎo Lóng Bāo-nya lumayan tapi tidak terlalu special..
Red
Rice Sausage / Hóng Mǐ Cháng (29 RMB)
Har Gow / Xiā Jiǎo / Shrimp
Dumpling / Hakau (27 RMB)
Steamed Dumpling / Xiǎo Lóng Bāo (22 RMB)
Menu di Diǎn Dōu Dé yang saya rekomendasikan
selain Red Rice Sausage adalah ketiga menu ini, BBQ Pork Bun atau Chāshāo Bāo, Shumai
atau Shāomai dan Chicken Feet atau Fèng Zhuǎ.. BBQ Pork Bun memang menjadi
salah satu kuliner yang wajib dicoba ketika berada di Guangzhou.. Saya suka Bāo-nya yang fluffy
dan isian BBQ Pork-nya yang manis dan gurih.. Sayang isiannya tergolong sedikit
bila dibandingkan dengan ukuran Bāo-nya.. hehehe.. Next adalah si Shumai atau Shāomai
yang rasanya enak banget.. Dagingnya berasa dan di atasnya juga diberi tambahan
udang.. Yummm.. Last but not least, si Chicken Feet atau Fèng Zhuǎ.. Saya bukan
penggemar kaki ayam lho sebenarnya.. Tapi Chicken Feet versi Diǎn
Dōu Dé ini luar biasa enaknya.. Kaki ayamnya bersih (penting, lol) dan bumbunya itu meresap sampai ke tulang-tulangnya.. Kami saja sampai order lagi saking enaknya..
hehehe..
BBQ Pork Bun / Chāshāo Bāo (17
RMB)
Shumai / Shāomai / Siomay (25 RMB)
Chicken Feet / Fèng Zhuǎ (25 RMB)
Total bill kami pagi itu sekitar 295
RMB atau 630k IDR.. Harga Dimsum-nya sendiri berkisar antara belasan sampai dua puluhan RMB per porsinya.. Mahal relatif sih ya, tapi menurut saya sebandinglah dengan
rasa dan kualitas makanan yang kami nikmati.. Apalagi kami memang makannya
super banyak pagi itu, kalau tidak salah sekitar 13 porsi Dimsum dan
kawan-kawannya.. hehehe.. Dari Diǎn Dōu Dé kami naik taxi untuk pulang menuju
hotel..
Waktu sudah menunjukkan pukul
12.00 ketika kami bersiap untuk check-out dari Aloft Guangzhou Tianhe.. Dikarenakan penerbangan kami masih tengah malam nanti, jadi kami menitipkan tas-tas
yang sudah beranak pinak di hotel.. hahaha.. Setelah urusan titip tas beres, kami naik
Metro Line 1 (Yellow) dan Line 2 (Blue) menuju Sun Yat-sen Memorial Hall.. Sebenarnya masih banyak tempat
lain yang ingin saya kunjungi di Guangzhou, seperti Yuexiu Park, Temple of the
Six Banyan Trees, Huacheng Square, dll.. Tapi karena keterbatasan waktu, saya
akhirnya memilih untuk mengunjungi Sun Yat-sen Memorial Hall, salah satu tempat
wisata yang juga wajib dikunjungi di kota Guangzhou..
Sun Yat-sen Memorial Hall atau
Zhōngshān Jìniàn Táng ini berlokasi di Yuexiu District, tak jauh dari Yuexiu
Park yang terkenal dengan Five Rams Sculpture-nya.. Sun Yat-sen Memorial Hall
ini juga termasuk salah satu landmark terkenal di kota Guangzhou.. Hall atau
monumen ini dibangun pada tahun 1929-1931 untuk mengenang Dr. Sun Yat-sen, the
founding father sekaligus presiden pertama China.. Sun Yat-sen Memorial Hall di
Guangzhou ini merupakan memorial hall terbesar dari sekian banyak memorial hall yang dibangun
untuk mengenang Dr. Sun Yat-sen, dengan luasnya yang mencapai 6,6 hektar..
Sun Yat-sen Memorial Hall
Di sini kita tidak hanya bisa
mengunjungi exhibitions tentang Dr. Sun Yat-sen tetapi juga bisa menikmati keindahan
bangunan dan serta taman yang cantik.. Bangunan yang paling menarik di sini
adalah Main Building, yang didominasi dengan warna merah dan biru.. Untuk bisa
masuk ke Main Building ini, pengunjung diharuskan membeli tiket masuk seharga 10
RMB.. Kami sendiri tidak membeli tiket, maklum kami sekeluarga bukan pecinta
sejarah dan museum.. hehehe.. Di pintu masuk pun kami tidak disuruh membeli
tiket oleh petugas yang berjaga.. Tepat di depan Main Building, berdiri kokoh
patung perunggu (bronze statue) Dr. Sun Yat-sen.. Patung ini memiliki tinggi
5,5 meter dengan berat mencapai 3,900 kilogram..
Main Building (Auditorium)
bronze statue of Dr. Sun Yat-sen
Dari Sun Yat-sen Memorial Hall
kami melanjutkan perjalanan menuju Haizhu Square.. Dari Sun Yat-sen Memorial
Hall Metro Station, kami naik Metro Line 2 (Blue) dan turun di Haizhu Square
Metro Station.. Jadi ceritanya kami balik lagi ke daerah Haizhu Square dan Yide
Lu, setelah paginya ke Sacred Heart Cathedral yang juga berada di area yang
sama.. Awalnya kami ingin mampir ke Onelink International Plaza, secara Onelink
ini banyak direkomendasikan kalau ingin mencari souvenirs, accessories, toys,
dll.. Jadi ceritanya sampai hari terakhir di Guangzhou, kami belum menemukan
barang-barang yang bisa dibeli untuk dijadikan oleh-oleh.. Beda bangetlah kalau
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Singapore, Malaysia, dan Thailand,
dimana toko-toko souvenirs itu bertebaran dimana-mana.. Di Guangzhou mah semuanya seperti sudah
dipisah-pisah dan dikelompokkan.. Jadi satu gedung itu jualannya baju saja.. Gedung yang lain khusus
sepatu, ada yang khusus jewelry, ada yang khusus leather, ada yang khusus bahan
tekstil, dan seterusnya.. Lebih cocok ke orang yang memang mau dagang atau
business, secara yang dijual juga kebanyakan dalam jumlah besar atau
wholesale..
Keluar dari Haizhu Square Metro
Station, kami salah belok ternyata.. Jadi bukannya menuju Onelink International
Plaza, kami malah jalan ke arah Guangzhou Hotel dan tiba-tiba sudah sampai di
depan Taikang Plaza atau Tàikāng Chéng Guǎngchǎng.. Berhubung kami terlalu malas untuk jalan balik, jadi gagal deh ke Onelink..
hahaha.. Tapi untungnya sorenya sewaktu kami kembali ke Beijing Road Pedestrian
Street, tidak sengaja kami menemukan satu toko kecil di pinggir jalan yang
menjual aneka magnet kulkas Guangzhou.. Harganya 10 RMB per pack dan setiap
pack isinya 6 pcs.. Lumayan lah untuk dijadikan oleh-oleh, maklum tourists dari
Indonesia.. hahaha..
Haizhu Square
Sebenarnya tujuan utama kami sore
itu adalah Taikang Plaza.. Taikang Plaza ini adalah pusat grosir jewelry dan
accessories yang terkenal di kota Guangzhou.. Kesukaan saya terhadap
accessories sepertinya sudah hilang seiring dengan bertambahnya usia.. Kalau
dulu zaman SMA dan kuliah, uang saya kebanyakan habis digunakan untuk membeli
accessories.. hehehe.. Berhubung adik saya saat ini sedang memulai usaha barunya yaitu
jualan jewelry & accessories, jadi tidak ada salahnya mampir ke sini..
Hitung-hitung survey market dan kalau ada yang bagus kan bisa dibeli juga..
hehehe..
Taikang Plaza
Taikang Plaza ini biarpun kecil,
tapi jumlah lantainya banyak, dan isinya full accessories.. Saya sampai bingung
sendiri melihat accessories sebanyak itu.. hahaha.. Yang dijual kebanyakan
accessories berupa kalung (necklace), gelang (bracelet), dan anting (earring)..
Untuk kualitas, kebanyakan yang dijual adalah yang kualitasnya rendah alias
murah meriah.. Sebagai contoh, ada satu toko yang khusus menjual anting, dan
semua antingnya itu dihargai 4,9 RMB atau sekitar 10k IDR.. Anting serupa kalau
di toko-toko accessories di mall-mall di Indonesia, bisa dijual dengan harga
50k ke atas.. Jauh banget kan perbedaan harganya.. Memang sih harus benar-benar
teliti melihat kualitasnya, karena namanya pusat grosir, tentu ada yang lolos
dari quality check.. Oh ya, di sini semua toko tidak menerima pembelian eceran
ya.. Jadi minimal harus membeli 20 pcs.. Dari Taikang Plaza, kami melanjutkan
perjalanan menuju Beijing Road Pedestrian Street.. Ternyata jaraknya dekat lho,
jalan kaki tidak sampai 10 menit.. Untuk Beijing Road Pedestrian Street, sudah pernah
saya ceritakan di post sebelumnya ya (read here)..
Kami kembali ke Aloft Guangzhou
Tianhe sekitar pukul 21.00.. Setelah mengambil tas yang dititipkan, kami
langsung mencari taxi untuk menuju ke airport.. Niat awalnya sih mau naik Metro
saja ke airport.. Toh dari hotel hanya perlu jalan kaki ke Linhexi Metro
Station dan naik Metro Line 3 (Orange) yang langsung menuju Airport (tidak
perlu ganti line metro segala).. Tapi setelah dipikir-pikir, kasihan juga kalau
papa mama saya disuruh gotong-gotong tas naik Metro kan ya.. Makanya akhirnya
diputuskan naik taxi saja.. #anakberbakti
Untungnya kami dapat taxi driver
yang super baik.. Bayangkan saja, bawaan kami yang banyak itu ternyata tidak
muat di bagasi belakang.. Sisa lagi 2 tas kecil yang maunya saya pangku saja,
tapi akhirnya diambil sama uncle-nya dan diletakkan di bagian depan, di antara
dia dan papa saya.. wkwkwk.. Sepanjang perjalanan uncle-nya juga asyik mengobrol dengan papa
saya, ya walaupun kadang pembicaraannya nyambung, kadang juga tidak.. hahaha..
Perjalanan dari Tianhe District menuju Guangzhou Baiyun International Airport
memakan waktu sekitar 45 menit.. Rutenya mostly highway dan karena sudah malam,
jadi lancar-lancar saja.. Total biaya taxi plus biaya highway yang harus kami
bayar sekitar 165 RMB.. Saya sengaja membayar lebih dan si uncle sampai keluar
dari taxi menyalami kami satu per satu.. hahaha..
Guangzhou Baiyun International
Airport (IATA : CAN) adalah airport utama dari kota Guangzhou dan sekitarnya.. Airport
ini usianya tergolong baru karena baru dibuka pada tahun 2004 menggantikan
airport lama yang dibangun pada tahun 1932.. Guangzhou Baiyun International Airport
ini memiliki 2 Terminal, 3 Runways, dan menjadi Hub dari beberapa airlines
China, seperti China Southern Airlines, Hainan Airlines, dan Shenzhen
Airlines..
Guangzhou Baiyun International
Airport
Karena kami naik Air Asia, maka
kami turun di Terminal 1 (T1).. Sekilas airport-nya sih lumayan modern walaupun
kalau dari segi design, masih kalah dari Shenhzen Bao’an International Airport
yang bagus itu.. Berbeda dengan kebanyakan airport yang pernah kami singgahi,
di Baiyun Airport ini walaupun kita sudah web check-in dan punya boarding pass
Air Asia, kita tetap harus melapor ke counter dan diberikan boarding pass
bertuliskan Baiyun Airport.. Jadi yang tidak bawa bagasi pun harus ikut-ikutan
antri di counter.. Mana counter-nya baru dibuka 2 jam sebelum boarding, jadi
antriannya lumayan panjang..
Selesai proses check-in dan baggage drop,
kami bergegas menuju Security Check dan Imigrasi yang lagi-lagi antriannya
super panjang.. Di sini proses security checking-nya juga benar-benar ketat
tidak seperti di Xiamen kemarin.. Apalagi di depan kami banyak rombongan
orang-orang Africa.. Saya sama sekali tidak bermaksud racist, tapi beberapa
dari mereka itu memperlambat proses checking.. Ada yang mengamuk karena
barangnya mau disita.. Ada yang bolak-balik keluar masuk scanner karena ada
saja barang yang belum dilepas dan dimasukkan ke mesin x-ray.. Bahkan ada yang
dengan cueknya motong jalur antrian.. Saking di negara orang, kalau di
Indonesia pasti sudah saya omelin.. hahaha.. Alhasil kami baru tiba di gate
sekitar 20 menit sebelum boarding.. Untung saja masih ada sedikit waktu untuk
ke toilet dan beli minum di vending machine sekaligus menghabiskan sisa recehan
RMB kami.. hehehe..
Pukul 01.30 dini hari, pesawat
Air Asia dengan no register 9M-AJC yang kami tumpangi, take-off tepat waktu
membawa kami mengudara dan meninggalkan kota Guangzhou.. Sepertinya baru
kemarin kami mendarat di Shenzhen Bao’an International Airport dan kini kami
sudah harus terbang menuju Kuala Lumpur.. Xièxiè Zhōngguó (thank you China) untuk
empat hari yang sangat berkesan ini.. Begitu banyak pengalaman baru dan indah
yang kami dapatkan selama berada di Shenzhen dan Guangzhou.. Definitely a
life-changing experience..
Xià Cì Jiàn Zhōngguó (see you next time China), suatu hari nanti kami pasti akan kembali.. ^_^
Xià Cì Jiàn Zhōngguó (see you next time China), suatu hari nanti kami pasti akan kembali.. ^_^
To be continued..
Sacred Heart Cathedral 石室圣心大教堂
56 Yide Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 17.30
Diǎn Dōu Dé Ju Fulou 点都得
470 Huifu East Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 17.30
Diǎn Dōu Dé Ju Fulou 点都得
470 Huifu East Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 07.00 - 22.00
Other Branches : Xiyuelou, Dachalou, Huidianlou, Haiyanlou, etc
Sun Yat-sen Memorial Hall 中山 纪念堂
259 Dongfeng Middle Road, Yuexiu District
Opening Hours : 07.00 - 22.00
Other Branches : Xiyuelou, Dachalou, Huidianlou, Haiyanlou, etc
259 Dongfeng Middle Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 18.00
Entrance Fee : 10 RMB (for exhibitions)
Taikang Plaza 泰康城广场
(Taikangcheng Square)
Opening Hours : 08.00 - 18.00
Entrance Fee : 10 RMB (for exhibitions)
Taikang Plaza 泰康城广场
(Taikangcheng Square)
111 Taikang Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 19.00
Guangzhou Baiyun International Airport
广州白云国际机场
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours : 08.00 - 19.00
Guangzhou Baiyun International Airport
广州白云国际机场
No comments:
Post a Comment